Nakita.id - Moms, simak beberapa rekomendasi terbaru terkait metode Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk anak di sekolah selama pandemi Covid-19.
Rekomendasi ini dirilis dengan mempertimbangkan sejumlah hal, kata Ketua Umum IDAI sekaligus dokter spesialis anak dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K).
Melansir Tribunnews (2/1/2022), pertimbangan pertama didasarkan pada pengalaman yang telah terjadi sebelumnya, terkait kasus Covid-19 yang selalu mengalami peningkatan pasca liburan.
"Setiap habis libur, maka kasus Covid-19 akan meningkat tidak hanya pada (kelompok) dewasa, namun juga pada anak," ujar dr. Piprim.
Pertimbangan kedua adalah telah ditemukannya kasus infeksi varian Omicron, varian terbaru Covid-19, di Indonesia.
Pertimbangan ketiga adalah terkait temuan data dari berbagai negara yang menunjukkan, lonjakan kasus infeksi pada kelompok anak didominasi anak yang belum memperoleh vaksin Covid-19.
"Ditambah data di negara lain seperti Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, dan Afrika terkait peningkatan kasus Covid-19 pada anak dalam beberapa minggu terakhir, yang mana sebagian besar kasus anak yang sakit adalah anak yang belum mendapat imunisasi Covid-19," kata dr. Piprim.
Sekjen IDAI dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K) mengatakan, rekomendasi ini turut mempertimbangkan pentingnya proses pendidikan anak usia sekolah dan pengaplikasian beberapa inovasi metode pembelajaran oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"IDAI mendukung pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka tapi di waktu dan tempat yang tepat, karena keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama," kata dr. Hikari.
Apa saja rekomendasinya? Berikut 13 rekomendasi IDAI terkait metode PTM yang aman untuk anak di sekolah.
1. Untuk membuka PTM, 100% guru dan petugas sekolah harus sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
2. Anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid (penyakit penyerta).
3. Sekolah tetap harus patuh pada protokol kesehatan terutama fokus pada penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah, ketersediaan fasilitas cuci tangan, menjaga jarak, tidak makan bersamaan. Kemudian memastikan sirkulasi udara terjaga, serta mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19.
4. Untuk kategori anak usia 12-18 tahun, diharapkan PTM dapat dilakukan 100% dalam kondisi tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut. Lalu, PTM dapat dilakukan metode hybrid (50% luring, 50% daring) dalam kondisi masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate di bawah 8%, ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, lalu anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 100%.
5. Untuk kategori anak usia 6-11 tahun, diharapkan PTM dapat dilakukan metode hybrid (50% luring, 50% daring) dalam kondisi tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut. PTM dapat dilakukan melalui metode hybrid (50% daring, 50% luring outdoor) karena masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate di bawah 8%. Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, serta fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak.
6. Untuk kategori anak usia di bawah 6 tahun, sekolah PTM belum dapat dianjurkan hingga akhirnya dinyatakan tidak ada kasus baru Covid-19 atau tidak ada peningkatan kasus baru. Lalu sekolah dapat memberikan pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi dengan metode daring, serta mengaktifkan keterlibatan orangtua di rumah dalam kegiatan outdoor atau luar ruang. Selanjutnya, sekolah dan orangtua dapat melakukan kegiatan kreatif seperti mengaktifkan permainan daerah di rumah, melakukan pembelajaran outdoor mandiri di tempat terbuka masing-masing keluarga dengan modul yang diarahkan sekolah seperti aktivitas berkebun, eksplorasi alam dan lain sebagainya. Untuk rekomendasi bermain ini dapat mengutip dari rekomendasi permainan anak sesuai dengan rekomendasi IDAI.
7. Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak. Komorbiditas anak ini meliputi penyakit seperti keganasan, diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, penyakit autoimun, penyakit paru kronis, obesitas, hipertensi, dan lainnya.
8. Mengimbau untuk segera melengkapi imunisasi rutin anak usia 6 tahun ke atas.
9. Anak dianggap telah mendapatkan perlindungan dari imunisasi Covid-19 jika telah mendapatkan dua dosis vaksin secara lengkap dan proteksi dinyatakan cukup setelah 2 minggu pasca penyuntikan imunisasi terakhir.
10. Sekolah dan pemerintah memberikan kebebasan kepada orangtua dan keluarga untuk memilih PTM atau daring, tidak boleh melakukan paksaan.
11. Untuk anak yang memilih pembelajaran daring, sekolah dan pemerintah harus menjamin ketersediaan proses pembelajaran daring.
12. Rekomendasi lengkap terkait protokol kesehatan dan proses mitigasi merujuk rekomendasi IDAI sebelumnya.
13. Keputusan buka atau tutup sekolah harus memperhatikan adanya kasus baru Covid-19 di sekolah atau tidak.
Rekomendasi dari IDAI ini bersifat dinamis, karena disesuaikan dengan perkembangan terkini terkait situasi pandemi Covid-19.
Artikel ini sudah tayang di Tribunnews dengan judul Ini Rekomendasi Terbaru IDAI Soal Pembelajaran Tatap Muka Pasca-ditemukan Kasus Omicron Di Indonesia
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR