Nakita.id - Apakah Moms sudah menerapkan pola asuh yang baik dan tepat untuk Si Kecil?
Moms harus tahu, pola asuh tertentu sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak.
Apabila Moms menerapkan pola asuh yang tidak cocok dengan karakter anak, bisa jadi itu menjadi bumerang bagi masa depannya.
Salah satunya adalah permissive parenting atau pola asuh permisif.
Pola asuh ini umumnya ditandai dengan orangtua yang sering memanjakan anak, bahkan memberikan kebebasan penuh pada anak dalam belajar bertanggung jawab dengan sendirinya.
Orangtua yang permisif tampak penuh perhatian dan hangat.
Namun sayangnya, mereka cenderung tidak menetapkan batasan dan ekspektasi tentang sesuatu yang dapat diterima maupun tidak.
Penasaran seperti apakah tanda-tanda pola asuh permisif?
Yuk, kita simak penjelasan dari ahli berikut ini!
Baca Juga: Pola Asuh yang Mempengaruhi Perkembangan Anak: Otoritatif, Otoriter dan Permisif
Melansir Kompas, menurut psikolog Jeffrey Bernstein, Ph.D, prioritas orangtua yang permisif adalah menjadi teman bagi anak ketimbang orangtua.
Berdasarkan sebuah studi, anak yang dibesarkan orangtua dengan pola asuh permisif menunjukkan tingkat kreativitas yang tinggi.
Namun, anak juga akan merasa berhak dan lebih senang menerima daripada memberi.
"Saya melihat anak berjuang dengan orangtua yang terlalu permisif, sama seperti saya melihat anak yang kesulitan menghadapi orangtua yang mengekang dan otoriter," kata Bernstein.
Selain itu, menurutnya, orangtua yang permisif biasanya dapat menyadari bahwa mereka hanya memiliki sedikit aturan dan tak ada batasan yang konsisten untuk anak.
"Saat saya melatih orangtua yang permisif, mereka mengakui tidak memiliki aturan dan struktur untuk anak-anak mereka," ucapnya.
"Mereka mengatakan kisah lama tentang bagaimana mereka membuat aturan. Mereka gagal menegakkan aturan itu," lanjut Bernstein.
Apabila orangtua bersikap terlalu lunak dan gagal merespon perilaku negatif anak, maka orangtua bisa kehilangan kredibilitas dan tidak dihormati.
Berikut adalah beberapa tanda pola asuh permisif menurut Bernstein.
- "Dia (anak) akan pergi tidur ketika dia lelah."
Padahal, anak itu harus sekolah keesokkan harinya.
- "Tidak masalah bagi saya jika dia senang makan es krim untuk sarapan."
- "Mengapa saya harus berhati-hati dan berdiskusi dengannya untuk berhenti bermain video game? Dia hanya akan gagal di sekolah dan mencari tahu sendiri."
- "Dia bisa bersikap kasar pada saya karena saya tahu itu hanyalah tahap perkembangan."
Moms harus tahu, anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif akan membuatnya kesulitan bergaul dengan orang lain.
Menurut Bernstein, ada beberapa faktor yang membuat orangtua menerapkan pola asuh permisif.
Apa saja faktor-faktor tersebut?
Berikut adalah beberapa faktor penyebab orangtua menerapkan pola asuh permisif.
1. Dibesarkan oleh orangtua yang ketat dan otoriter
Bernstein menjelaskan bahwa orangtua bisa menerapkan pola asuh permisif karena sebelumnya dibesarkan oleh orangtua yang ketat.
"Mungkin kita dibesarkan dengan orangtua yang ketat dan otoriter, dan akibatnya kita memutuskan untuk hanya menggunakan sedikit disiplin," tuturnya.
"Jika itu masalahnya, maka sikap permisif mungkin merupakan reaksi terhadap didikan kita yang keras dan penuh hukuman," lanjutnya.
2. Tertekan untuk membuat dan menegakkan aturan
Bernstein juga mengatakan, orangtua memilih pola asuh permisif karena merasa stres dan tidak mempunyai tenaga untuk membuat dan menegakkan aturan.
"Orangtua yang berjuang dengan kecanduan alkohol atau obat-obatan juga dapat berkompromi soal disiplin dan gagal menetapkan batasan yang konsisten," sebut Bernstein.
Apabila Moms menyadari bahwa pola asuh permisif adalah salah, cobalah untuk berubah secara perlahan dan mulai tetapkan komitmen untuk mengubah sikap tersebut.
Meski perubahan ini dapat memicu konflik dengan anak, Bernstein menyarankan agar orangtua tetap bersikap tenang, tegas, dan tidak mengendalikan anak.
Baca Juga: Bayi Rewel Bukan Pertanda Nakal, Bisa Saja Sedang Growth Spurt
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR