Nakita.id - Seorang ibu menjalankan peran penting dalam pengasuhan anak.
Dalam prosesnya, akan ada banyak sekali tantangan yang tak mudah untuk dihadapi.
Disamping itu, tidak semua wanita memiliki kesiapan mental untuk berperan sebagai seorang ibu.
Ada berbagai alasan yang melatarbelakanginya, seperti usia yang terlalu muda atau faktor ekonomi.
Hal ini membuat mereka rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Rohika Kurniadi Sari, SH., M.Si, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, menyebutkan seperti apa fenomena-fenomena yang ada di masyarakat yang menunjukkan ciri-ciri seorang ibu yang terganggu kesehatan mentalnya.
"Banyak ibu yang mengupload identitas dirinya sendiri beserta kesulitan-kesulitan, keterpurukan, dan permasalahan dalam keluarganya di media sosial," kata Rohika dalam wawancaranya bersama Nakita.id, Senin (7/3/2022).
"Nah itu membuktikan mereka sudah terganggu kesehatan mentalnya," sambungnya.
Rohika sendiri memaparkan, kasus-kasus yang diunggah di media sosial tersebut membuktikan bahwa seorang ibu rentan mengalami masalah kesehatan mental.
"Bisa dilihat dari pemikiran pemikiran yang dituangkan oleh mereka di media sosial, ini pasti berasal dari keluarga yang yang nggak baik-baik saja," kata Rohika.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kondisi mental Ibu berpengaruh langsung terhadap kesehatan mental anaknya
"Kemudian untuk anaknya sendiri bisa dilihat dari performanya di sekolah," kata Rohika.
"Bisa dibedakan, anak mana yang tumbuh dengan ibu yang kesehatan mentalnya terganggu seperti depresi dan anak yang tumbuh dengan baik," lanjutnya.
Lebih lanjut, Rohika menyayangkan bahwa masih banyak ibu yang mengungkapkan kondisi permasalahan keluarganya di media sosial.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum memiliki akses untuk mengatasi kondisi kesehatan mentalnya yang memburuk.
Sehingga, cara paling mudah adalah 'curhat' di media sosial.
Untuk mengatasinya, Rohika berpesan Moms bisa melakukan hal-hal ini untuk mencegah dan memelihara kesehatan mental.
"Sebelum gangguan mental itu terdeteksi, penting untuk menguatkan seorang ibu supaya punya resistensi yang bagus," kata Rohika.
"Edukasi dan literasi mengenai kesehatan mental sangat penting sekali," lanjutnya.
Artinya, seorang ibu wajib membekali dirinya dengan pengetahuan mengenai bagaimana berperan sebagai ibu dalam keluarga.
Dengan begitu, dia punya ketahanan mental yang bagus karena bisa mengantisipasi tantangan-tantangan apa saja yang akan terjadi.
"Ketika ibu memang enggak bisa mengatasinya, saat ini banyak layanan-layanan
"Layanan-layanan ini perlu diinformasikan secara masif," lanjutnya.
Lebih lanjut, Rohika sendiri menjelaskan ada beberapa layanan pendampingan keluarga yang tersedia dan bisa diakses oleh ibu.
"Kementerian PPPA sendiri mempunyai layanan pusat keluarga, sebetulnya Ini adalah layanan untuk pencegahan dan penguatan pengasuhan dalam keluarga yang ingin tumbuh kembang anaknya baik dan optimal," katanya.
"Nsmun, ini bisa menjadi salah satu layanan bagi ibu untuk mendapatkan konseling," tutupnya.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR