Nakita.id - Demi tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis, Organisasi Stop TB Partnership Indonesia (STPI) gaungkan kampanye #141CEKTBC tepat di hari peringatan TBC sedunia.
Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia jatuh pada hari ini Kamis, (24/3/2022).
TBC sendiri merupakan penyakit yang sudah lama ada di Indonesia dan dunia.
Bahkan angka dari penderita TBC di Indonesia pun masih cukup tinggi sampai saat ini Moms.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Indonesia sendiri menduduki urutan ke 3 teratas dengan pasien TBC paling banyak sedunia setelah negara India, dan China.
TBC sendiri merupakan penyakit yang cukup berbahaya dan menular Moms.
Penyakit TBC bisa menular karena disebabkan dari kuman dan juga bakteri.
Banyak sekali informasi yang beredar mengenai penyakit TBC sendiri.
Salah satunya, adalah penyakit TBC merupakan penyakit keturunan Moms.
Menurut, dr. Endang Lukitosari, MPH., selaku Koordinator Sub Subtansi TBC Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI), menjelaskan bahwa penyakit TBC sendiri bukan penyakit keturunan.
TBC merupakan penyakit yang bukan hanya menyerang paru Moms, tapi juga bisa menyerang organ lain.
"TBC terutama menyerang paru, tetapi bisa juga mengenai organ tubuh lain seperti, selaput otak, usus, kelenjar getah bening, ginjal, tulang dan otak," ungkap dr. Luki dalam acara Webinar yang diselenggarakan oleh STPI dengan GridHealth yang bertemakan 'Membongkar Mitos TBC, Informasi yang Tepat Bantu Penanganan Cepat', Kamis (24/3/2022).
Penularan TBC sendiri bisa antara orang ke orang melalui droplet sama seperti Covid-19.
dr. Luki menjelaskan, 1 pasien TBC saja bisa menularkan 10-15 orang setiap tahunnya Moms.
Namun, orang yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat maka tidak mudah tertular TBC.
Gejala TBC
Mungkin gejala yang paling umum dialami para pengidap TBC adalah mengalami batuk berdarah.
Namun, menurut dr. Luki sendiri gejala TBC bukan hanya batuk berdarah saja.
Baca Juga: Hati-Hati! Bakteri dari Batuk dan Dahak Pasien TBC Bisa Berbahaya untuk Orang dalam Jarak Dekat
Tapi ada gejala lain misalnya, batuk yang tidak berhenti-henti selama 14 hari, batuk berdahak, demam, nyeri dada, berat badan turun, berkeringat di malam hari tanpa sebab, dan sebagainya.
dr. Luki juga menjelaskan, biasanya pengobatan TBC sendiri mewajibkan Moms atau Dads minum obat secara teratur selama enam bulan.
Jika dijalankan tanpa terputus, maka TBC pun bisa disembuhkan secara total.
Selain itu biasanya, para penderita TBC juga kerap kali mengalami yang namanya diskriminasi.
Seperti yang dialami oleh Ani Herna Sari, S.IP., M.Med.Kom, mantan pengidap TBC sekaligus Ketua Organisasi Rekat Peduli Indonesia, ia terinfeksi TBC sejak 2011.
Saat terinfeksi TBC pun Ani sedang berbadan dua, dan berobat kesana-kemari.
Pada awalnya, Ani tidak langsung didiagnosis terinfeksi TBC, dan dianggap sebagai batuk biasa saja.
Sampai akhirnya, Ani pun benar terinfeksi TBC. Awalnya, Ani pun sempat drop ketika didiagnosis mengalami penyakit tersebut.
Ani mengaku, alasan dirinya kuat menjalani TBC sendiri adalah karena bayi yang dikandung dan juga keluarganya.
Kampanye #141CEKTBC
Diskriminasi terhadap pasien TBC sebenarnya bisa terjadi karena banyaknya masyarakat yang kurang mendapatkan edukasi mengenai penyakit tersebut.
Organisasi STPI telah melakukan survey ke 100 responden, dan ternyata setengah dari responden tersebut sebenarnya belum benar-benar mengerti mengenai TBC.
Maka dari itu STPI mengaungkan kampanye #141CEKTBC.
Maksud dari #141CEKTBC sendiri adalah apabila ada gejala 14 hari batuk maka solusinya hanya satu cek ke dokter.
"Sehingga jika ada gejala seperti batuk selama 14 hari tidak reda-reda maka tidak ada toleransi lagi cek ke dokter segera," tutur dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI.
Kampanye #141CEKTBC sudah dijalankan sejak bulan Februari 2022 lalu. Adanya kampanye ini diharapkan masyrakat tidak menganggap remeh gejala dari TBC seperti batuk.
"Masyrakat mulai berubah perilakunya, jangan anggap remeh," tutup dr. Henry.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kampanye tersebut Moms bisa mengunjungi sebsite https://141.stoptbindonesia.org/ atau WA : +62 811-9961-141.
Baca Juga: Sempat Berjuang Lawan TBC Kelenjar, Fitri Tropica Hamil Anak Pertama
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR