Nakita.id - Penyanyi senior Rita Sugiarto saat ini sedang diselimuti perasaan duka.
Pasalnya, sang ibunda dikabarkan baru saja meninggal dunia.
Sang ibunda tercinta meninggal dunia pada usia 80 tahun setelah sebelumnya menderita serangan jantung dan darah tinggi.
BACA JUGA: Ibu Rita Sugiarto Meninggal Akibat Serangan Jantung, Hal Ini Dapat Meningkatkan Risikonya
Sebelum meninggal dunia, sang ibunda sempat dirawat di rumah sakit dan masuk ruang ICU.
Penyakit yang diderita oleh ibunda Rita Sugiarto memanglah merupakan penyakit yang cukup berbahaya dan kerap menyebabkan kematian.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit tak menular namun efeknya sangat mengerikan.
Hipertensi juga kerap dikaitkan dengan pembunuh diam-diam atau biasa disebut silent killer.
Hasil penelitian Kementerian kesehatan RI menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia tak kunjung berubah sejak 2007 hingga 2013.
Hal ini ditunjukan dengan prevalensi yang tak banyak berubah, yaitu 31,7%, pada data RKD 2007 dan 32.4 %, pada pada Riskerdas 2013 menunjukkan prevalensi sebesar 26,5%.
Angka tersebut sangat mengkhawatirkan.
Untuk itu, ada baiknya kita mengetahui tanda-tanda atau gejalanya.
Penting untuk diketahui, hipertensi alias penyakit pembuluh darah pada sistem kardiovaskuler (jantung-pembuluhdarah).
Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi jika tekanan darahnya melebihi 140/90 mmHg.
BACA JUGA: Gadis 15 Tahun Punya Uang Saku Rp 70 Juta Lalu Dipotong Jadi Rp 14 Juta, Kok Masih Protes?
Angka 140 menggambarkan ketika jantung berkontraksi (menekan), alias sistolik.
Sementara angka 90 menggambarkan ketika jantung berelaksasi (mengendur) alias diatolik.
Bagi orang yang sensitif, masuk tekanan darah stage 1 alias 140/90 mmHg biasanya akan langsung mengeluh jantung berdebar-debar dan mudah lelah.
Jika sudah masuk stage 2 alais tekanan darah 160/100 mmHg, bisa mengeluhkan hal yang lebih parah.
Seperti sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, wajah memerah, hidung berdarah.
Namun, pada sebagian orang yang kurang sensitif, menurut Dr. dr. Yuda Turana, SpS, Ketua Indonesian Society of Hypertension (inaSH), saat diwawancara Nakita.id secara langsung (22/2/2018), gejala seperti itu biasanya baru dirasakan saat kondisi darah tingginya sudah parah.
Kira-kira sudah masuk stage hypertension crisis, yang mana tinggal satu stage lagi bisa mengalami stroke, jika tekanan darahnya sampai menyentuh level 220/135 mmHg.
BACA JUGA :Dikenal Perawakan Kekar, Begini Penampilan Feminin Aprilia Manganang dan Sang Kakak! Manis Banget
"Banyak orang merasa sehat, namun saat diperiksa tekanan darahnya sudah lebih dari 200 mmHg," ungkap Yuda.
Yuda juga menambahkan, hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga seseorang akan merasa bahwa dirinya sehat.
"Jarang muncul gejala, kalau sudah muncul tanda dan gejala biasanya sudah komplikasi atau sudah berat, dan biasanya sudah terlambat," tutur Yuda.
BACA JUGA: Alami Cidera, Kiper Timnas Indonesia Andritany Harus Jalani Operasi, Begini Kondisinya!
Yuda juga mengingatkan kepada masyarakat untuk rutin memeriksa tekanan darah agar dapat mencegah terjadinya komplikasi, seperti serangan stroke.
"Masyarakat harus meningkatkan kesadaran untuk rutin memeriksa tekanan darah, karena tekanan darah tinggi itu silent killer, terutama pada orang-orang yang memang mempunyai tekanan darah tinggi dan mempunyai faktor keturunan," pungkasnya.
Bobo Fun Fair dan Jelajah Kuliner Bintang Jadi Ajang Nostalgia di Uptown Mall BSBCity Semarang
Source | : | tribunnews,nakita.id |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR