"Apabila anak hanya sesekali melakukannya, itu tidak bisa ditentukan apakah dia mengalami gangguan makan atau tidak," tegasnya.
Jika hal tersebut terjadi di waktu anak masih usia di bawah 2 tahun, bisa jadi hal tersebut adalah karena fase oral. Di fase ini, memang anak sering kali memasukkan berbagai macam benda yang ada di sekitarnya, termasuk tanah, mainan, atau benda-benda yang lain.
Menurut dr. Citra, fase oral ini jauh berbeda dengan kebiasaan makan tanah yang terjadi pada anak, dan lebih pada proses tumbuh kembang anak.
Baca Juga: 3 Hal Penting untuk Mencegah Diabetes Pada Anak, Yuk Jaga Kesehatan Si Kecil
Di fase oral ini, anak cenderung memuaskan rasa ingin tahunya melalui apa yang dimasukkannya ke dalam mulut.
Pada tahapan inilah, anak bisa mengembangkan stimulus makan dan berbicara.
Fase oral ini juga berangsur akan berkurang setelah anak berusia 18 bulan.
Namun, apabila Moms mengetahui anak memiliki kebiasaan menyantap benda-benda asing, termasuk makan tanah, dr. Citra memberikan saran untuk segera dibawa ke dokter.
Anak yang punya kebiasaan makan tanah memberikan dampak buruk, terutama bagi pencernaannya.
Seperti masalah infeksi pencernaan, diare, sembelit, serta luka pada bibir, gigi, dan gusinya.
Tak hanya itu saja, anak juga bisa mengalami kurang gizi, anemia, dan keracunan.
Nantinya, akan ada sejumlah tenaga kesehatan yang akan memeriksa anak seperti dokter anak, ahli gizi, serta psikolog dan psikiatri.
Dengan begitu, masalah gangguan makan pada anak, salah satunya kebiasaan makan tanah ini bisa terselesaikan.
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR