Hal ini menyebabkan gula darah meningkat yang kemudian melepaskan insulin dan leptin. Pada gilirannnya otak menerima pesan ini dan memberikan intsruksi rasa kenyang.
Karena sirup jagung fruktosa tinggi diproses di hati, langkah-langkah ini dilewati. Oleh karena itu, otak tidak menerima pesan yang sama yang mengatakan bahwa tubuh telah cukup mengonsumsi energi dari makanan.
Masalah lain dengan sirup jagung fruktosa tinggi adalah dapat berdampak negatif pada mikrobioma usus dan menyebabkan usus bocor. Kondisi ini meningkatkan risiko obesitas, peradangan, dan resistensi insulin.
Jika mencari alternatif yang manis tapi lebih sehat, Dunn mengatakan fruktosa alami, seperti yang ditemukan dalam buah, tidak memiliki efek yang sama seperti sirup jagung fruktosa tinggi.
Mengganti buah juga membantu tubuh mendapatkan asupan serat dan vitamin, sekaligus menjaga berat badan yang sehat.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR