Nakita.id - Depresi setelah melahirkan alias post partum depression bisa saja terjadi pada ibu setelah persalinan.
Sehabis melahirkan ibu akan dilanda perasaan sedih dan murung.
Jika sikap negatif ibu akibat depresi pascamelahirkan terus berlangsung, akan membekas pada bayi hingga ia besar.
Salah satu penyebabnya, kelahiran menuntut ibu menyesuaikan diri pada situasi baru.
Ia harus memulihkan kondisi dan bentuk fisiknya, sementara ia juga harus mengurus anaknya, serta harus tetap mengurus pekerjaan rumah tangga.
Ini semua akan menyita pikiran dan energinya, hingga dapat memicu emosi dan stres si ibu.
Manifestasinya, ia merasa lelah dan tak bugar terus-menerus, perasaannya jadi tak menentu, tanpa sebab yang jelas tiba-tiba saja ia marah, kesal, sedih, murung, dan ingin menangis terus.
Tentunya, kondisi ini akan mempengaruhi sikap dan tindakan ibu terhadap bayinya.
Ibu yang tak siap mental tidak akan antusias/hangat dalam menghadapi bayinya. Jangankan untuk menstimulasi bayinya dengan mengajaknya bicara, bermain, atau bercanda, interaksi antara dirinya dengan si bayi pun amat jarang.
Kendati bisa juga sebaliknya, yaitu justru jadi memperhatikan si bayi secara berlebihan.
Jadi, meski si ibu dalam keadaan tak senang, tapi karena lingkungan selalu mengatakan, ibu yang baik harus mengurus anaknya, maka untuk memenuhi tuntutan tersebut, ia malah berlebihan dalam memperhatikan si bayi atau bahkan justru terlalu mengkhawatirkannya.
Baca Juga: Penyebab Mood Swings Saat Hamil dan Cara Terbaik Mengatasinya
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR