Nakita.id - Apakah Moms dan Dads akhir-akhir ini sedang menghadapi fase quarter-life crisis?
Atau mungkin, malah sang buah hati yang sedang menghadapi fase tersebut?
Moms dan Dads harus tahu, usia 20-30 tahun mungkin saja menjadi fase hidup yang paling mengerikan bagi beberapa orang.
Sebab, mulai rentang usia inilah masing-masing orang memiliki tanggung jawab serta peluang untuk mengeksplor dirinya sendiri.
Bahkan, tak sedikit pula orang di rentang usia ini akan merasa lebih banyak stres.
Faktor penyebabnya bermacam-macam, tergantung dari masing-masing orang tersebut.
Fase yang kerap dialami banyak orang akhir-akhir ini disebut sebagai fase quarter-life crisis (QLC).
Mengutip Bradley University via Kompas, fase quarter-life crisis merupakan fase dimana seseorang merasa tidak yakin dan selalu mempertanyakan segala hal yang terjadi selama pertengahan usia 20-an hingga awal 30-an.
Umumnya, orang yang mengalami fase ini akan merasa stres jika terjebak dalam pekerjaan buntu, sementara semua karier teman-temannya sedang maju.
Bahkan, tak sedikit pula yang bertanya-tanya mengapa mereka tidak bisa mempunyai hubungan romantis ketika orang lain sudah memilikinya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nadhira Afifa, seorang penulis buku 'Almost Adulting: Self-Help Approach to Deal With Quarter-Life Crisis' yang telah diluncurkan pada Sabtu (3/9/2022).
Baca Juga: Ketahui Penyebab Stres Selama Kehamilan dan Makanan yang Bisa Dikonsumsi untuk Meningkatkan Mood
Acara peluncuran buku 'Almost Adulting: Self-Help Approach to Deal With Quarter-Life Crisis' karya Nadhira Afifa ini dilaksanakan di Teater Gedung C, Museum Nasional, Jakarta.
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) bersama Pear Press.
Melalui buku ini, Nadhira membahas berbagai jalan keluar dari QLC yang sedang banyak dialami para dewasa muda usia 20-an.
"... Menurut The Guardian, 86% milenial (tahun kelahiran 1981-1996) mengalami QLC di usia 20-30 tahun. Mereka mulai mempertanyakan diri mereka, tenggelam dalam ekspektasi orang lain, sampai akhirnya sering kecewa sama diri sendiri...", tulis Nadhira di awal bukunya.
"... Sebenarnya, QLC bukan sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang harus dipahami dan dipelajari. QLC ini terasa seperti alarm, tanda bahwa kita sudah dewasa-atau setidaknya dewasa awal. Sekarang, kita tinggal cari jalan keluarnya saja ...", lanjutnya.
Dalam buku yang ditulis Nadhira ini ada sejumlah empat bab, yang dijabarkan sebagai berikut:
- Bab 1 'Who Are You?': tentang mengenali diri sendiri
- Bab 2 'Important Skills to Live With': tentang keterampilan yang baiknya dikuasai
- Bab 3 'Work as We Know It': tentang karier
- Bab 4 'Things I Wish I Knew Before 20': tentang hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum berumur 20 tahun.
Selain acara peluncuran buku, ada pula talkshow yang mengangkat tema 'Menemukan Jalan Keluar Saat Bertemu Quarter-Life Crisis'.
Pada talkshow ini, Nadhira Afifa sendiri hadir sebagai salah satu guest star.
Kemudian, ada juga Samanta Elsener, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog anak dan keluarga yang membantu menjelaskan secara detail apa itu quarter-life crisis dan bagaimana cara menghadapinya.
Sesi talkshow kemarin juga dimoderatori oleh David Irianto, co-founder dari Greatmind.id.
Acara ini didukung langsung oleh Museum Nasional dan Greatmind sebagai media partner.
Dengan terbitnya buku 'Almost Adulting: Self-Help Approach to Deal With Quarter-Life Crisis' ini, Nadhira selaku penulis berharap agar buku tersebut bisa berguna untuk para pembaca di luar sana.
Khususnya, mereka yang sedang atau akan menghadapi QLC.
Buku 'Almost Adulting: Self-Help Approach to Deal With Quarter-Life Crisis' ini secara resmi telah terbit pada 24 Agustus lalu.
Bahkan, kabarnya, buku ini sudah habis terjual saat masa pra-pesan.
Buku ini juga hadir baik dalam bentuk fisik yang bisa ditemukan di gerai toko buku Gramedia.
Juga, hadir dalam bentuk e-book yang bisa didapatkan melalui aplikasi Gramedia Digital.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR