Nakita.id - Moms harus berhati-hati dengan obesitas pada anak.
Pasalnya, obesitas pada anak ini merupakan masalah kesehatan yang serius.
Bahkan, menurut WHO, kasus obesitas pada anak di seluruh dunia termasuk Indonesia akhir-akhir ini telah melesat sampai lebih dari empat kali lipat sejak 1975.
Sebagai informasi, kasus obesitas pada anak dan remaja usia 5-19 tahun hanya mencapai 4%.
Angka ini kemudian melonjak menjadi lebih dari 18% pada 2016.
Untuk itu, kita sebagai orangtua seharusnya lebih sadar akan kasus obesitas ini dan berupaya terus untuk menekannya.
Pengertian Obesitas pada Anak
Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadinya penimbunan lemak pada tubuh, baik di bawah kulit ataupun di dalam organ-organ tubuh.
"Kita akan bilang itu obesitas kalau memenuhi kriteria yang kita gunakan, yaitu dengan grafik antropometri tubuh atau indeks massa tubuh. Jadi, perbandingan berat dan tinggi badan," kata dr. Dedi Wilson MCH Puar, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan jantung anak di RSIA Bunda Menteng, saat diwawancarai Nakita pada Selasa (20/9/2022).
"Kalau berada di persentil 95, kita katakan dia obesitas," terang dr. Dedi.
Dalam bahasa awam, obesitas juga dikenal dengan sebutan kegemukan, Moms.
Tanda-tanda Obesitas pada Anak
Menurut dr. Dedi, salah satu tanda yang bisa terlihat adalah anak mudah ngos-ngosan atau kelelahan.
"Kemudian, untuk aktivitas fisiknya dan tingkat kebugarannya rendah. Nah, itu berefek pada jantung," sebutnya.
Untuk jangka panjangnya, tambah dr. Dedi, adalah penyakit kardiovaskular di usia remaja atau dewasa muda.
Selain itu, dr. Dedi juga menambahkan bahwa perbandingan berat dan tinggi badan yang tidak seimbang juga ditakutkan menjadi salah satu tanda obesitas.
"Penting untuk diingat kalau obesitas itu enggak cuma dilihat dari jantung saja," terang dr. Dedi.
"Karena, obesitas itu gangguan sistemik yang akan mempengaruhi banyak organ tubuh lain. Seperti otak, ginjal, hingga hipertensi itu sering terjadi. Saluran napas juga," lanjutnya menerangkan.
Penyebab Obesitas pada Anak
dr. Dedi menyampaikan, penyebab utamanya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara energi yang diterima/masuk dengan energi yang digunakan/keluar sehari-hari.
"Sehingga, energi berlebihnya disimpan di tubuh dalam bentuk penimbunan lemak berlebih di dalam tubuh," jelasnya.
"Salah satunya mungkin makannya atau porsinya besar. Atau, aktivitasnya yang rendah dimana anak tidak banyak beraktivitas," lanjut dr. Dedi.
Penyebab lainnya adalah faktor genetik. Artinya, anak bisa terkena obesitas karena ada anggota keluarga yang punya riwayat obesitas sebelumnya.
Komplikasi Bahaya Jika Obesitas pada Anak Tak Diatasi
dr. Dedi dengan tegas menyampaikan bahwa obesitas pada anak adalah masalah kesehatan yang serius.
"Karena dia (obesitas) itu akan mempengaruhi kesehatan anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang," jelasnya.
"Kondisi obesitas ini berhubungan dengan penyakit-penyakit metabolik tubuh kedepannya," lanjutnya.
Misalnya, untuk jangka pendek, anak bisa mengalami masalah ortopedi pada kakinya.
Lalu, untuk jangka panjang, anak bisa mengalami kondisi-kondisi, seperti hipertensi hingga pengendapan lemak di pembuluh darah yang bisa menimbulkan penyakit kardiovaskular.
"Penyakit metabolik dan kardiovaskular biasanya tumbuh di usia lanjut. Tapi pada anak yang obesitas, itu bisa timbul lebih awal karena proses perjalanan penyakitnya sudah terjadi dari awal obesitas," ungkap dr. Dedi.
"Pada seorang yang obesitas, terjadi penimbunan lemak yang berlebihan, sehingga metabolismenya terganggu. Seperti, respon tubuh terhadap insulin berubah," lanjutnya menerangkan.
Selain itu, komplikasi bahaya lainnya yang bisa dirasakan anak adalah diabetes, kencing manis, hingga sleep apnea yang membuat tidurnya tidak pulas.
Baca Juga: Ketahui Sebelum Terlambat, Anak Obesitas Rentan Terhadap Penyakit Berbahaya Ini
Tips Cegah Risiko Obesitas pada Anak
A. Pengaturan Makan
- Sajikan makanan yang tinggi serat, seperti buah dan sayuran
- Hindari makanan tinggi gula dan perbanyak minum air putih
- Berikan makanan sesuai porsi dan ukurannya, serta jangan paksa untuk menghabiskannya
- Ajarkan anak mengetahui mana rasa lapar sebenarnya dan rasa lapar mulut sejak dini
- Jangan jadikan makanan sebagai hadiah (reward)
- Jangan biasakan anak makan sambil bermain game ataupun menonton TV
B. Pengaturan Aktivitas
- Hindari berbaring dan aktif beraktivitas di luar rumah minimal 1 jam sehari
- Batasi aktivitas bermain game ataupun menonton TV maksimal 1 jam sehari
6 Tips Membujuk Anak Agar Nyaman Menjalani Pemeriksaan dan Perawatan Saat Sakit
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR