Nakita.id - Saat hamil, Moms biasanya diminta menjaga kesehatan secara menyeluruh.
Tak hanya untuk janinnya, tetapi menjaga kesehatan saat hamil juga penting untuk kesehatan Moms sendiri.
Apalagi setelah Moms menjalani masa persalinan.
Setelah masa persalinan, banyak Moms yang khawatir terhadap berbagai risiko persalinan.
Hal ini karena kurangnya menjaga kesehatan dan masalah kesehatan dalam tubuh.
Salah satu masalah yang kerap dialami setelah persalinan adalah gangguan kemih.
Inkontinensia atau gangguan berkemih yang terjadi setelah melahirkan disebabkan karena stres inkontinensia.
Kondisi tersebut merupakan kondisi di mana urin keluar secara tak terkontrol akibat ada tekanan pada rongga perut.
Misalnya seperti tekanan batuk, lari, lompat, olahraga, angkat beban yang berat.
Saat kondisi tersebut terjadi, terjadi pula tekanan pada kandung kemih meningkat.
Penyebabnya adalah karena lemahnya sfingter (otot melingkar yang ketika berkerut akan menutup saluran urin yang disebut uretra).
Baca Juga: Benarkah Infeksi Saluran Kemih Lebih Rentan Terjadi pada Anak? Berikut Penjelasannya!
Ketika sfingter melemah, maka ketika Moms beraktivitas sedikit saja, saluran kemih tak menutup dengan sempurna, urin pun langsung keluar.
Namun demikian, penderita tetap bisa kencing dengan banyak.
Selain itu Moms bisa mengalami tidur nyenyak tanpa gangguan mengompol karena otaknya tak terganggu.
Penyebab lainnya dari gangguan kemih adalah paparan radiasi/penyinaran pada penyakit kanker di rongga perut yang sudah memasuki stadium 3.
Selain itu, penyakit/kelainan bawaan tertentu pada otot-otot juga dapat menyebabkan melemahnya otot-otot/jaringan penyokong sfingter.
Namun, gangguan ini hanya ditemukan pada Moms setelah melahirkan.
Terutama jika pernah melahirkan banyak anak (lebih dari tiga).
Atau jika bayi yang dilahirkan terlalu besar, hingga terjadi peregangan kuat.
Begitu juga bila proses persalinannya lama karena terjadi kemacetan atau bila melahirkan dengan bantuan alat, seperti vakum maupun forsep.
Penyebab lainnya bisa juga karena disebabkan perlukaan pada jalan lahir yang tak segera dirapikan lagi.
Faktor lain yang jadi pemicu adalah usia; dengan usia bertambah, makin lemah pula kekuatan otot/jaringan tubuh, termasuk epitel-epitel saluran kemih, hingga bentuk maupun fungsinya jadi berkurang.
Pada persalinan sesar, amat kecil peluang terjadi stres inkontinensia, tapi gangguan berkemih lainnya bisa terjadi, seperti overactive bladder atau kandung kemih yang justru kelewat aktif,.
Jika kondisi tersebut terjadi, maka Moms harus tetap sering ke kamar mandi.
Jika keluhannya ringan, stres inkontinensia akan hilang sendiri setelah 3 bulan persalinan.
Lewat dari tenggang waktu tersebut, kondisi tubuh, termasuk saraf dan otot-otot yang "aus", akan pulih kembali.
Berat-ringan keluhan bisa dilihat dari jumlah urin yang keluar, serta "kadar" aktivitas itu sendiri.
Untuk yang mengalami gejala cukup berat, jangankan mengangkat beban berat, bicara sedikit saja, urin bisa langsung keluar.
Gejala gangguan kemih berat ini biasanya akan mendapatkan obat-obatan tertentu, meski sebetulnya tak banyak membantu karena ini kelemahan kerja otot.
Langkah lain untuk menangani inkontinensia berat adalah menggantung saluran urin dengan tindakan operasi oleh ahli bedah urologi ataupun uroginekologi.
Sementara untuk meminimalkan gangguan yang masih ringan, Moms bisa melakukan senam untuk otot-otot dasar panggul dan otot-otot penyokongnya.
Caranya dengan gerakan menarik anus ke dalam, hingga otot-otot vagina ikut tertarik atau dengan stop test.
Kemudian membiarkan diri berkemih seperti biasanya, lalu menghentikannya secara mendadak, keluarkan lagi, stop lagi, dan seterusnya.
Tapi tak perlu khawatir Moms, gangguan kemih bisa dicegah kok.
Berikut merupakan beberapa tindakan sebagai upaya pencegahan gangguan kemih.
1. Jaga agar anak jangan terlalu banyak dan atur jarak kelahiran agar tak terlalu dekat.
2. Kontrol berat tubuh semasa kehamilan agar ukuran bayi jangan terlampau besar.
Jika bayi besar, persalinan bisa macet, hingga bisa terjadi peregangan hebat dan jaringan otot melemah, bahkan sarafnya bisa rusak/putus.
3. Hindari tindakan pada persalinan.
Jika ada perlukaan di jalan lahir atau vagina, segera diperbaiki dan jangan pernah dianggap sepele.
4. Hindari mengangkat beban berat dan perhatikan asupan serat untuk menghindari susah BAB/konstipasi.
5. Bila muncul keluhan batuk, segera obati agar tak semakin parah.
Bisa juga dengan menggunakan pesario atau semacam cincin penahan, hanya saja penggunaan cincin ini tak memungkinkan suami-istri berhubungan intim.
(Sumber: Tabloid Nakita)
BERITA POPULER: Benarkah Sherina Munaf dan Baskara Mahendra Cerai hingga Cuaca 27 September 2024
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR