Nakita.id - Apakah Moms menjadi sering marah menjelang persalinan?
Sadar atau tidak ketika hari perkiraan lahir (HPL) semakin dekat, Moms jadi sering marah menjelang persalinan.
Dads mungkin jadi orang yang paling merasakan perubahan Moms yang sering marah menjelang persalinan.
Pada detik-detik menanti kelahiran, suasana hati Moms biasanya tak menentu. Tegang dan cemas bercampur jadi satu.
Seringkali Moms tak tahu apa yang bakal terjadi saat detik-detik menanti kelahiran anaknya, hingga ia tak siap menghadapinya.
Hal ini terutama terjadi pada kelahiran anak pertama yang menggunakan persalinan normal.
Meski Moms sudah banyak baca buku atau mendapat informasi yang cukup mengenai tahapan proses persalinan, tetap saja pengalaman langsung belum pernah ada.
Hingga, tingkat ketegangannya lebih tinggi dibanding saat melahirkan anak ke-2 atau ke-3.
Moms sering kali merasa belum tahu, "apa, sih, yang akan saya hadapi?”
Tak heran bila ketegangan yang dirasakan saat menanti kelahiran ini, akhirnya memunculkan depresi tersendiri pada Moms.
Makanya, sering terdengar berbagai cerita dari balik kamar bersalin: ada suami yang diusir keluar dari kamar gara-gara sang istri selalu uring-uringan dan sebal melihat tampangnya.
Baca Juga: Kenali dan Hindari Gangguan Kemih Setelah Persalinan, Jangan Sampai Terjadi
Ada pula Moms yang marah-marah ke dokternya gara-gara dirinya tak kunjung ada pembukaan, sementara ibu di sebelahnya baru masuk kamar bersalin beberapa jam kemudian anaknya sudah bisa lahir; dan lainnya.
Marah-marahnya Moms saat menanti kelahiran, didorong oleh perasaan tak nyaman dalam diri.
Karena Moms bukan hanya tegang dalam menunggu, tapi juga cemas, takut ada apa-apa dengan bayi dalam kandungan.
Terlebih dalam menunggu disertai pula dengan rasa sakit, sementara rasa sakit yang dialaminya belum pernah terbayangkan.
Terlebih saat pembukaan makin mendekati lengkap, durasi kontraksi akan makin pendek, hingga durasi sakitnya makin lama. Belum hilang sakitnya sudah kontraksi lagi.
Nah, itu, kan, sesuatu yang menghabiskan tenaga. Pada saat ia mau istirahat, sudah datang kontraksi lagi.
Memang, kadar rasa sakit yang dirasakan tiap-tiap orang takkan sama, tergantung ambang sakitnya.
Namun umumnya, kala rasa sakit itu datang, yang terjadi adalah Moms panik. Hingga, semua teori atau apa pun yang ia pelajari jadi lupa.
Moms hanya ingin agar semua perasaan tak nyaman itu segera berakhir.
Makanya, tak heran kadang ada Moms yang bawaannya marah-marah melulu dan yang dijadikan tumbal adalah suaminya. Melihat suaminya mondar-mandir gelisah, ia jadi sebal.
Tak lain karena rasa tak tertahankan, hingga Moms menganggap sebetulnya suami pun harus menanggungnya juga, bukan Moms saja yang harus menanggungnya.
Baca Juga: Ibu Hamil Perlu Cek Segera, Ini Faktor Penyebab Persalinan Sungsang dan Jenis Sungsang
Sebenarnya, Moms akan lebih mudah mengatasi rasa sakitnya jika selama 9 bulan itu Moms punya persiapan cukup, baik secara psikologis, emosional, dan fisik.
Secara fisik, misal, ikut latihan senam hamil untuk melatih pernapasan dan teknik-teknik melahirkan kelak.
Secara emosional, kalau kehamilannya itu adalah anak yang sangat diharapkannya, tentu kesiapannya akan jauh berbeda dengan anak yang tak diharapkan.
Setidaknya, Moms tak merasakan kesakitan itu sebagai beban psikologis, hingga Moms bisa berpikir rasional.
Baca Juga: Tak Perlu Minum Vitamin, Ini Cara Mengatasi Kelelahan Setelah Persalinan yang Mudah Dilakukan
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR