Anak broken home memproses perceraian bisa dengan menunjukkan kemarahan dan kekecewaan pada orangtua, diri sendiri, teman, atau kerabat dekat.
Emosi ini bisa bertahan selama beberapa waktu dan ada pula amarah ini berkepanjangan dan disimpan menjadi luka batin.
Namun, jika dalam perceraian kedua orangtua masih bisa memberikan pengasuhan yang seimbang dan masih saling memberikan perhatian, dampak negatif ini kemungkinan kecil bisa terjadi.
"Anak akan menjadi mudah emosi, belum lagi masalah akademis juga. Jika orangtua berpisah dan orangtua masih memberikan pendampingan bersama, katakan anak ikut dengan ibunya dan ayah masih ikut serta dalam pengasuhan, masih sering bersama, tumbuh kembangnya juga akan baik," ujar Erika.
Melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi oleh orangtuanya, bisa jadi membuat anak merasa ketakutan untuk berkeluarga.
Erika menuturkan dikhawatirkan hal serupa bisa dialami oleh sang anak saat setelah menikah.
"Anak yang berasal dari keluarga yang bercerai itu lebih berisiko mengalami perceraian ketika mereka berkeluarga dan dampak lainnya masalah kedekatan," ujar Erika.
Kondisi orangtua bercerai mungkin akan membuatnya merasa tidak percaya lagi akan cinta sejati dan menganggap pernikahan merupakan momok yang paling menakutkan.
Melihat orangtua cukup lama bersama dan ternyata berakhir cerai membuat anak berpikir ia juga akan mengalami kehilangan seperti yang terjadi pada orangtuanya.
Kenang-kenangan kegagalan yang dihasilkan dari perceraian orangtua membuat anak tidak percaya atau bahkan memutuskan untuk tidak menikah.
"Risiko mengenai trust issue bagaimana nanti anak membangun hubungan intrapersonal ketika dewasa, bagaimana ketika nanti dewasa mereka membangun rumah tangga," pungkas Erika.
Baca Juga: Catat! Mertua yang Senang Ikut Campur Bisa Picu Perceraian
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR