Nakita.id – Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, ada banyak tantangan yang harus dilalui para pasangan suami istri.
Namun, sering kali saat menjalani ibadah terpanjang ini, ada banyak ketidaksesuaian yang dialami oleh Moms dan Dads.
Kehidupan rumah tangga kerap diwarnai pertengkaran dan bahkan salah satu dari pasangan merasa tidak bahagia.
Sehingga, terbesit dalam benak Moms untuk mengakhiri pernikahan.
Dengan demikian, perceraian sering dianggap solusi praktis untuk mengatasi masalah pernikahan.
Berbagai alasan sering digunakan untuk membenarkan perceraian.
Namun pada kenyataannya, perpisahan ini tidak hanya berdampak pada suami atau istri saja.
Perceraian kerap meninggalkan banyak masalah, terlebih pada anak.
Anak harus memikul dampak yang disebabkan ketika Moms dan Dads memutuskan untuk berpisah.
Dampak pahit perceraian juga dirasakan oleh sang buah hati.
Apalagi, jika dampak perceraian dirasakan saat anak menginjak usia remaja.
Dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Selasa (2/11/2022) Erika Kamaria Yamin, M.Psi., Psikolog, CHt®️, Psikolog dari IDEPlus.id menuturkan jika tidak ada ciri-ciri spesifik bagi anak yang orangtuanya mengalami perceraian.
"Ciri-ciri spesifik tidak bisa ditentukan, tidak bisa dilihat ciri-cirinya seperti apa," terang Erika.
Namun, yang perlu diketahui adalah, anak yang orangtua mengalami perceraian belum tentu kondisinya lebih buruk dari kondisi keluarga yang masih utuh.
Bercerai bisa jadi salah satu solusi terbaik jika pasangan memang tidak bisa bersama.
Apalagi, jika anak sering melihat terjadinya kekerasan yang terjadi di dalam keluarga.
Memiliki orangtua yang bercerai memang seperti mimpi buruk yang tak berkesudah bagi anak.
Erika menuturkan kondisi ini bisa memengaruhi tumbuh kembangnya.
"Dikeluarga yang terus bersama, tetapi kondisinya tidak kondusif sering terjadinya kekerasan, anak sering menyaksikan orangtuanya bertengkar itu juga tidak baik bagi tumbuh kembang anak," tutur Erika.
Anak broken home memiliki trauma dan tidak tahu bagaimana menanggapi arti sebuah perpisahan.
Inilah sebabnya anak dengan orangtua bercerai lebih mudah marah dan tersinggung.
Baca Juga: Ini Dampak Negatif Perceraian yang Dialami Anak-anak Donny Kesuma
Anak broken home memproses perceraian bisa dengan menunjukkan kemarahan dan kekecewaan pada orangtua, diri sendiri, teman, atau kerabat dekat.
Emosi ini bisa bertahan selama beberapa waktu dan ada pula amarah ini berkepanjangan dan disimpan menjadi luka batin.
Namun, jika dalam perceraian kedua orangtua masih bisa memberikan pengasuhan yang seimbang dan masih saling memberikan perhatian, dampak negatif ini kemungkinan kecil bisa terjadi.
"Anak akan menjadi mudah emosi, belum lagi masalah akademis juga. Jika orangtua berpisah dan orangtua masih memberikan pendampingan bersama, katakan anak ikut dengan ibunya dan ayah masih ikut serta dalam pengasuhan, masih sering bersama, tumbuh kembangnya juga akan baik," ujar Erika.
Melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi oleh orangtuanya, bisa jadi membuat anak merasa ketakutan untuk berkeluarga.
Erika menuturkan dikhawatirkan hal serupa bisa dialami oleh sang anak saat setelah menikah.
"Anak yang berasal dari keluarga yang bercerai itu lebih berisiko mengalami perceraian ketika mereka berkeluarga dan dampak lainnya masalah kedekatan," ujar Erika.
Kondisi orangtua bercerai mungkin akan membuatnya merasa tidak percaya lagi akan cinta sejati dan menganggap pernikahan merupakan momok yang paling menakutkan.
Melihat orangtua cukup lama bersama dan ternyata berakhir cerai membuat anak berpikir ia juga akan mengalami kehilangan seperti yang terjadi pada orangtuanya.
Kenang-kenangan kegagalan yang dihasilkan dari perceraian orangtua membuat anak tidak percaya atau bahkan memutuskan untuk tidak menikah.
"Risiko mengenai trust issue bagaimana nanti anak membangun hubungan intrapersonal ketika dewasa, bagaimana ketika nanti dewasa mereka membangun rumah tangga," pungkas Erika.
Baca Juga: Catat! Mertua yang Senang Ikut Campur Bisa Picu Perceraian
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR