Gunakan bahasa sekonkret mungkin. Anak balita tak akan paham bila orangtua berkata, misal, "Kamu tidak boleh egois terhadap teman."
Ini karena kemampuan kognitifnya berada dalam tahap praoperasional.
Lebih baik katakan, "Sayang, bagi kuenya dong ke Rara. Kan, enak kalau makan sama-sama."
Sering orangtua meramalkan suatu kejadian yang belum terjadi atau sesuatu yang tidak nyata mengenai anaknya.
"Adek jangan panjat-panjat pohon itu nanti kalau jatuh kaki Adek bisa patah, lalu Adek dibawa ke dokter terus dioperasi."
Sebaiknya katakan saja, "Hati-hati, ya kalau memanjat pohon itu."
Sering kali pada anak yang lebih kecil, bahasa tubuh orangtua yang bersifat nonverbal bisa mengomunikasikan sesuatu karena kemampuan bahasanya memang masih terbatas.
Umpama, si Kecil yang berusia 2 tahun tampak diam di suatu pojokan dan wajahnya menegang.
Orangtua hendaknya memancing anak untuk bicara, "Kenapa Dek, kamu pup, ya?"
Perhatikan intonasi dan nada suara Moms.
Intonasi yang tidak jelas dengan nada terburu-buru bisa membuat anak jadi tidak ngeh dengan apa yang dibicarakan.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR