Nakita.id – Moms dan Dads mungkin pernah mendengar cerita mengenai anak yang punya nilai dan prestasi cemerlang secara akademis, tetapi ketika dewasa tidak bisa menghadapi dunia kerja dan sosial dengan baik.
Kondisi tersebut erat kaitannya dengan keseimbangan antara pengembangan kemampuan akademis dan life skill di masa pertumbuhan anak.
Mengutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), life skill adalah kemampuan anak untuk beradaptasi dan berperilaku positif dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Adapun life skill mencakup kemampuan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk mengelola stress dan emosi.
Sebagian besar life skill tersebut tidak diajari di sekolah. Oleh sebab itu, Moms dan Dads punya peranan penting dalam mengembangkannya di rumah. Pertanyannya, dari mana Moms dan Dads dapat memulai memupuk life skill si kecil?
Mengutip dari situs Verywell Family, berikut hal-hal sederhana yang dapat memupuk life skill si kecil secara perlahan.
1. Melibatkan si kecil dalam pengambilan keputusan
Melatih kemampuan pengambilan keputusan si kecil dapat dilakukan dengan hal sederhana seperti memilih makanan, pakaian, hingga mainan.
Misalnya saja, ketika berada di toko es krim, minta si kecil untuk memilih sendiri rasa es krim yang diinginkan. Kemudian, tanyakan kepada si kecil, mengapa memilih rasa tersebut? Bukankah ada rasa yang lebih enak dan disukai juga?
Contoh lain, memilih pakaian. Tanyakan kepada si kecil mengenai pakaian apa yang ingin dia kenakan saat menghadiri acara tertentu. Setelah itu, ajak ia berdiskusi mengenai pilihannya. Moms dan Dads juga dapat memberi tahu konsekuensi dari setiap pilihannya.
Dengan cara itu, si kecil menjadi paham konsekuensi dan perasaannya ketika membuat pilihan yang kurang tepat. Ia akan belajar mengevaluasi pilihan dari berbagai sisi sehingga menemukan keputusan yang baik.
2. Ajari si kecil untuk bertanggung jawab pada diri sendiri
Tanggung jawab merupakan life skill kedua yang bisa dipupuk dengan cara sederhana. Moms dan Dads bisa memastikan si kecil merawat kebersihan dirinya sendiri. Disiplinkan anak untuk sikat gigi dan mandi dengan teratur.
Pada anak dengan usia di atas 10 tahun, Moms dan Dads bisa mulai mengajari cara menyiapkan sarapan sederhana secara mandiri. Sebagai contoh, menyiapkan sarapan roti selai.
Kemudian ajari si kecil untuk bertanggung jawab mempersiapkan buku-buku pelajaran hingga keperluan sekolah pada malam sebelumnya. Kemudian, pastikan juga si kecil peduli akan tugas dan tanggung jawab di sekolah.
Rasa tanggung jawab juga dapat dipupuk dengan mendisiplinkan anak untuk selalu mengembalikan mainan ke tempatnya setelah dimainkan, merawat benda-benda yang ada di rumah, dan membantu menjaga kebersihan rumah.
3. Melatih semangat menabung
Kurangnya kemampuan mengelola keuangan merupakan salah satu persoalan yang kerap dihadapi orang dewasa. Oleh sebab itu, sejak kecil manajemen keuangan perlu diajarkan kepada si kecil.
Moms dan Dads dapat mengajari anak mengenai berharganya uang dan cara menabung serta mempergunakannya dengan baik. Dengan begitu, secara tak langsung Moms dan Dads juga mengajari anak matematika dasar.
4. Dorong kepercayaan diri dengan hal sederhana
Mendorong kepercayaan diri anak dapat dilakukan dengan hal sederhana seperti memintanya memesan makanan sendiri kepada pelayan di restoran.
Moms yang memiliki si kecil dengan usia enam tahun ke atas juga bisa mulai memberi tugas untuk membeli barang yang Moms butuhkan di warung atau minimarket. Si kecil akan memiliki kepercayaan diri bahwa dirinya mampu berinteraksi hingga menyelesaikan tugas yang diberikan oleh orang tua.
Menyeimbangkan prestasi akademis dan life skill
Untuk memastikan prestasi akademis anak seimbang dengan penguasaan life skill-nya, Moms dan Dads juga dapat mempercayakan si kecil pada lembaga pendidikan seperti Kumon.
Sebagai informasi, Kumon merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan metode belajar mandiri memanfaatkan lembar kerja. Setiap anak memperoleh lembar kerja berdasarkan tingkat kemampuannya.
Si kecil akan dibantu oleh pembimbing. Meski demikian, pembimbing hanya berperan mengarahkan dan memberi stimulus pada si kecil untuk mau menguasai pelajaran. Siswa didorong untuk mengulik pelajaran secara mandiri hingga mendapatkan jawaban.
Metode belajar ini diciptakan oleh guru matematika asal Jepang, Toru Kumon pada 1954. Metode belajar ini telah dibuktikan tidak hanya menopang prestasi akademis si kecil, tetapi juga membantu pengembangan penguasaan life skill.
Pada anak dengan usia di bawah 4 tahun, Metode Kumon dapat meningkatkan kepercayaan diri dan daya lenting dalam menghadapi kesulitan. Sebab, siswa akan dibiarkan belajar secara mandiri sesuai tingkat kemampuannya. Siswa juga akan mempelajari kedisiplinan.
Pada anak dengan usia 5-12 tahun, Metode Kumon dapat menumbuhkan kedisiplinan dan kegigihan. Sedangkan pada anak dengan usia 13 tahun ke atas, Metode Kumon dapat mengasah life skill tersebut secara lebih tajam.
Dengan begitu, mereka tidak hanya terampil secara akademis, tetapi juga cakap dalam kehidupan. Si kecil akan siap menghadapi persaingan ketat di masa depan.
Agar lebih efektif, Metode Kumon sebaiknya diterapkan sejak usia dini, yakni di bawah 4 tahun. Untuk mencoba dan mengetahui bagaimana belajar dengan Metode Kumon, orang tua dapat mengikutsertakan anak dalam program Coba Gratis Kumon pada 1-14 November 2022 dan 17-30 November 2022.
Program ini memperbolehkan anak mencoba Metode Kumon dengan mengikuti empat pertemuan dalam dua minggu selama November. Anak juga dapat mengikuti Tes Penempatan (TP) dan konsultasi belajar secara gratis.
Kumon menyediakan kurus Bahasa Inggris dan kursus Matematika. Untuk daftar Kumon, mengetahui biaya Kumon, hingga menemukan fasilitas Kumon terdekat, Moms dan Dads dapat mengunjungi situs resmi Kumon.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | ADV PI |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR