Nakita.id – Sering kali menjadi pertanyaan mengenai penyebab sulitnya mendapatkan anak kedua.
Ada berbagai penyebab yang membuat sebagian orang sulit hamil anak kedua.
Untuk itu, Moms dan Dads penting mengetahui apa saja faktor penyebabnya.
Tak jarang, suami-istri mengalami kesulitan untuk mendapatkan anak kedua. Padahal, berbagai cara sudah dilakukan.
Dari melepas alat KB, konsultasi ke dokter, minum pil hormon, dan sebagainya. Ada 2 faktor utama yang jadi penyebab, yakni ketidakstabilan emosional dan gangguan infeksi pada si ibu.
1. Ketidakstabilan Emosional
Sebelum punya anak, suami-istri bebas dari tekanan dan bebas melakukan hubungan seksual kapan saja. Namun setelah si kecil lahir, terutama si ibu harus membagi perhatian dan waktu buat si kecil.
Berbagai masalah pun muncul. Bukankah setelah kelahiran anak pertama, pasangan akan mendapatkan pengalaman baru.
Hal-hal baru inilah yang sering memicu emosi masing-masing, terutama di pihak istri. Misal, ketika anak sakit, sering menangis, kontan akan menimbulkan kekhawatiran.
Lalu muncul perasaan sedih, letih, jengkel, marah, yang bercampur-aduk dan menyebabkan ketidakstabilan emosi.
Padahal, kondisi emosional yang tidak stabil sangat menentukan kesuburan wanita, karena produksi hormon jadi ikut-ikutan enggak stabil.
Ketidakstabilan produksi hormon tersebut dapat dilihat dari siklus haid yang berubah-ubah. Kondisi emosional yang terganggu akan menimbulkan impuls listrik di otak yang kemudian tersambung ke pusat hormonal yang juga berada di dalam otak.
Akhirnya, pengeluaran hormonal jadi terganggu. Padahal, pengeluaran yang stabil sangat menentukan kematangan sel telur.
Bila sel telur tidak matang, maka tak dapat dibuahi oleh sperma, sebagai awal dari kehamilan.
Andaipun kondisi emosional yang tak stabil hanya terjadi sehari dalam sebulan, tetap saja berpengaruh pada kegagalan kehamilan.
Sebab, proses pematangan berlangsung secara bertahap dalam satu bulan. Didukung dengan pengeluaran hormon hari demi hari. Jadi, hormon yang keluar harus selalu stabil setiap harinya.
Bila sehari saja tak stabil, akan mengacaukan pengeluaran hormon dan mengganggu proses pematangan sel telur.
Berbeda dengan wanita, proses pembentukan sperma pada lelaki tidak dipengaruhi kondisi emosionalnya.
Meskipun saat itu emosinya sedang jelek, produksi tetap berlangsung dan mampu mematangkan diri sehingga bisa membuahi.
Jadi, kalau memang ingin hamil kembali, si ibu harus berusaha mengatasi emosionalnya.
Jika kondisinya stabil, stres bisa dihindari, dan diharapkan kematangan sel telur bisa dicapai dengan baik.
Memang, tak mudah untuk mengontrol emosi apalagi bila banyak masalah. Dari si kecil yang terus-menerus sakit, sulit makan, sering rewel, atau hal lain yang dapat memicu kesedihan, kekesalan, bahkan ketertekanan pada si ibu.
Untuk memperingan, biasanya dokter memberi obat-obatan penambah hormon.
Tetapi, kita tak bisa menggantungkan masalah pada obat saja. Perlu usaha dari si ibu untuk mengatasi ketidakstabilan emosionalnya.
2. Gangguan Infeksi
Sulitnya kehamilan kedua juga kerap dikarenakan gangguan infeksi di tempat jalannya sperma, dari vagina, rahim, hingga saluran sel telur.
Tapi infeksi pada bagian-bagian tersebut bisa terjadi kapan saja, baik sebelum atau sesudah kehamilan. Juga, setelah kehamilan anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
Bila ada yang mengaitkan terjadinya infeksi akibat perlukaan saat persalinan, itu bisa saja terjadi, tapi sangat kecil kemungkinannya.
Infeksi lebih mungkin terjadi karena ibu kurang memperhatikan kebersihan vaginanya.
Mungkin setelah melahirkan perhatian kebersihan pada alat kelaminnya tersita oleh kehadiran si jabang bayi.
Nah, dari situ bisa saja infeksi terjadi, dimulai dari vagina, merembet ke atasnya, yaitu mulut rahim, sehingga terjadi servisitis (infeksi pada rahim), merembet ke rahim, lalu menjalar ke saluran telur.
Baik saluran kiri maupun kanan. Ini disebut adnexitis (infeksi pada saluran telur).
Di awal infeksi sering tak menimbulkan gejala sehingga yang bersangkutan tidak merasa kalau alat reproduksinya terinfeksi. Jikapun terdeteksi, seringkali si ibu mengobatinya tidak sampai tuntas.
Infeksinya belum sembuh betul, yang bersangkutan tidak kontrol lagi. Akhirnya, terjadi komplikasi semisal perlengketan di alat reproduksi. Ini jelas akan mengganggu fungsinya.
Perlengketan pada saluran telur akan mengganggu jalannya sperma untuk membuahi sel telur.
Bisa saja terjadi pembuahan, tapi nantinya akan menghambat sel telur yang sudah dibuahi (hasil konsepsi) berjalan menuju rahim untuk berkembang menjadi embrio.
Soalnya, hasil konsepsi berjalan menuju rahim, harus lewat saluran tersebut. Akibatnya, bisa terjadi kehamilan di luar kandungan.
Akibat infeksi ini pun bisa menyebabkan perubahan pada organ reproduksi sehingga si ibu mengalami infertilitas sekunder, yakni tak bisa hamil untuk yang kedua, ketiga, dan selanjutnya.
Untuk mengatasinya, jika belum sampai menimbulkan komplikasi seperti perlengketan ringan di saluran telur, cukup dengan obat yang disemprotkan, istilah awamnya ditiup.
Caranya dengan memasukkan obat lewat vagina, menembus rahim hingga sampai ke saluran telur.
Diharapkan, saluran telur bisa terbuka. Tapi kalau infeksinya sudah kronis dan menimbulkan komplikasi yakni perlengketan yang penyumbatannya sudah berat, perlu dilakukan pembedahan mikro untuk memperlebar saluran telur agar sperma maupun hasil konsepsi bisa melewatinya dengan mulus.
Demikian pula dengan organ reproduksi lain, selama infeksinya masih ringan, cukup dengan obat.
Kalau sudah berat, seperti ada kelainan, perlu tindakan lebih lanjut, semisal operasi.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Kekurangan Berat Badan Ternyata Bisa Bikin Wanita Susah Hamil? Ini Penjelasannya
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR