Nakita.id - Masa kanak-kanak merupakan masa yang tepat untuk bermain.
Akan tetapi, Moms juga tak boleh melupakan aspek kecerdasan yang diperlukan si Kecil.
Tapi siapa sangka, beberapa permainan bisa dimainkan si Kecil dan dapat menumbuhkan kecerdasan otak anak, lho. Salah satunya permainan bermain peran.
Dari permainan peran yang dilakukannya, kita justru bisa tahu cerdas-tidaknya anak.
Pernah melihat si Kecil jadi “dokter”?
Dengan stetoskop mainannya, ia tampak asyik meriksa bonekanya.
Bermain peran menandakan tengah berlangsungnya perkembangan kognitif anak.
Makin cerdas anak, makin banyak peran yang ia bayangkan dan mainkan.
Sebaliknya, anak-anak yang kurang cerdas atau mengalami keterlambatan perkembangan, tak akan bisa membayangkan peran yang bakal dimainkannya.
Awalnya, di usia 2-3 tahun, anak bermain khayal sendirian. Ngomong sendiri di telepon mainan, ngobrol dengan boneka, contohnya.
Atau ia malah punya teman khayal yang diberinya nama dan diajak berbicara seolah-olah si teman memang nyata.
Baru di umur 4-5 tahun, ia perlu orang lain untuk mendukung perannya.
Untuk main sekolah-sekolahan, misalnya, ia minta ibu atau pengasuhnya jadi murid sementara dia berperan sebagai guru.
Kegiatan ini akan hilang dengan sendirinya seiring makin besarnya anak karena kemampuan kognitif anak berkembang dari tahap konkret ke abstrak.
Alhasil, fantasinya pun berkurang.
Selain itu, anak juga sampai pada titik di mana ia merasa tak perlu lagi bermain peran.
Sangat banyak manfaat yang bisa dipetik oleh anak melalui permainan ini. Di antaranya:
Ini bisa mengembangkan kemampuan kognitif. Mau tak mau si Kecil akan banyak berpikir untuk berdialog dengan teman khayalnya.
Otomatis, ini merangsang otak untuk berkembang secara kognitif.
Anak akan bisa mengenali profesi tertentu sekaligus belajar menghayatinya.
Saat bermain peran, ia menciptakan tokoh imajinasi lalu berpura-pura atau membayangkan dirinya sebagai si tokoh. Entah itu dokter, guru, penata rambut, pilot, dan lainnya.
Bermain peran dapat melatih kemampuan motorik kasar. Main perang-perangan yang memerlukan kegiatan fisik, misalnya.
Baca Juga: Manfaat Positif Bermain, Bantu Si Kecil Mengenal Diri Sendiri dan Lingkungannya
Yaitu saat ia harus menulis di papan tulis atau “mengiris” sayuran waktu main pasar-pasaran.
5. Pengendalian diri
Permainan ini adalah ajang pelampiasan emosi.
Ia pura-pura jadi ibu atau guru yang sedang memarahi anak/muridnya.
Biasanya yang jadi objek marah-marahnya adalah bonekanya.
Saat bermain dengan teman-temannya, ia harus berbagi, bertenggang rasa, dan bekerja sama dalam kelompok yang berbeda pandangan, sifat, maupun karakter.
Anak akan terbantu untuk mengembangkan kemampuannya berbahasa, daya imajinasi, dan kreativitas.
Amati dengan baik, apakah si Kecil lebih senang mojok dengan teman khayalnya?
Sebab, bila anak sampai menghabiskan banyak waktunya dengan berfantasi, ia akan kehilangan kesempatan untuk bergaul dengan teman-temannya.
Kelak ia akan mengalami kesulitan untuk diterima teman sebayanya.
Masalahnya, teman khayal tak dapat mengajarkan keterampilan bermain atau memberi anak kesempatan belajar bermain bersama dengan anak sebaya.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR