Nakita.id – Penemuan kasus anak yang menderita polio di Kabupaten Pidie, Aceh merupakan kabar yang mengejutkan.
Karena hal inilah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menerapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.
Meski hanya ditemukan satu kasus, namun langkah ini perlu diambil lantaran sejak tahun 2014, Indonesia mendapatkan sertifikat eradikasi polio (Indonesia bebas Polio).
"Karena, Indonesia sudah nyatakan eradikasi, tapi ternyata ada (muncul) virus polio liar apalagi virus (polio) tipe 2 yang dianggap sudah enggak ada lagi," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu, Sabtu (19/11/2022) dikutip dari Kompas.
Pada kasus polio di Aceh ini, ditemukan pada seorang anak berusia 7 tahun 2 bulan yang terinfeksi virus polio tipe 2.
Anak tersebut mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri.
Selain itu, diketahui bahwa anak penderita polio tersebut belum menerima vaksinasi apapun sehingga Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) tidak terpenuhi.
"Anak itu mengecil di bagian otot paha dan betis dan memang tidak ada riwayat imunisasi, tidak memiliki perjalanan kontak ke luar. Saya lihat anaknya sudah jalan sekalipun masih tertatih-tatih," kata Maxi.
Pada awalnya, kondisi anak diketahui anak merasa demam di tanggal 6 Oktober.
Anak tersebut pun dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk Chik Ditiro Sigli tanggal 18 Oktober.
Para dokter yang merawat curiga bahwa terdapat adanya indikasi virus polio.
Untuk memperkuat dugaan, tim dokter mengambil 2 sampel pada tanggal 21-22 Oktober 2022.
Sampel dikirim ke provinsi tanggal 25 Oktober dan dikirim ke Jakarta tanggal 27 Oktober 2022.
Berikutnya, sampel diterima oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) pada 28 Oktober 2022.
Setelah itu, sampel dikirim ke kab Bio Farma dan hasil sekuensing tanggal 10 November menyatakan adanya virus polio tipe 2.
Maxi mengaku sudah mendatangi langsung rumah anak penderita polio tersebut.
"Tapi, anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuma tidak ada obat nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan massa ototnya," ungkap Maxi.
Ia juga telah memeriksa lingkungan belakang rumah penderita.
Terdapat sarana MCK yang pembuangannya mengarah ke sungai kecil.
Maxi mengatakan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah tersebut biasa bermain di tempat itu.
Pihaknya kemudian segera mengambil sampel air di beberapa titik untuk diperiksa.
Saat ini, Maxi masih menunggu hasil tes dari sampel tersebut sekitar 1-2 hari
Baca Juga: Lama Hilang Kini Muncul Kembali, Waspadai Penyakit Polio pada Anak
"Jadi, buang air sembarangan punya potensi atau kemungkinan (terjadinya) penularan yang paling kami lihat ada di sini," jelas Maxi.
Maxi juga melaporkan bahwa terdapat 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk dalam kriteria berisiko tinggi terjadinya KLB polio.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya vaksinasi oral polio vaccine/OPV dan inactive polio vaccine/IPV di tiap daerah.
Virus polio merupakan gangguan yang patut untuk diwaspadai karena gejala yang ditimbulkan.
Polio mampu mengakibatkan kelumpuhan permanen karena menyerang sistem saraf sehingga kekuatan otot berkurang.
"Ini kalau lihat 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota semua masuk kriteria high risk untuk cakupan (vaksinasi) polio yang rendah, jadi indonesia ini high risk untuk terjadi KLB polio," kata Maxi.
Menyusul ditemukannya kasus polio di Aceh, Kemenkes bakal menggelar vaksinasi polio massal di Kabupaten Pidie, Aceh.
Maxi mengatakan bahwa vaksinasi tersebut bakal digelar mulai tanggal 28 November 2022.
Rencana ini pun masih dikonsultasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
"Kita akan melakukan outbreak respons imunisasi, dan cakupan imunisasi rutin kita tingkatkan. Kita rencanakan di Pidie mulai tanggal 28 November," ujar Maxi.
Ia menargetkan bahwa vaksinasi di Kabupaten Pidie akan rampung dalam waktu seminggu. Setelahnya, akan menyasar kabupatan/kota lain di Aceh.
Baca Juga: Seputar Imunisasi Polio pada Anak, Manfaat dan Jadwal Pemberiannya
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR