Nakita.id – Stunting jadi salah satu masalah kesehatan yang tak bisa dianggap remeh.
Stunting terus menghantui pertumbuhan anak-anak di Indonesia.
Dalam mencegah dan mengatasi masalah stunting di Indonesia tak bisa lepas dari campur tangan pemerintah.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terus menggalakan berbagai macam program guna menurunkan angka stunting di Tanah Air.
Salah satu program yang patut diacungi jempol keberadaanya adalah program inovasi Telponi Stunting.
Program ini menggerakan bidan dan para kader desa.
Telponi stunting dinyatakan mampu menekan angka stunting khususnya di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Telponi Stunting juga usungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rembang dan membantu Pemkab Rembang menggerakan bidan dan kader untuk menemukan bayi baru lahir dan ibu hamil dengan risiko tinggi.
Nantinya, jika menemukan kondisi yang mengkhawatirkan, para petugas akan melaporkan ke pihak puskesmas setempat.
Menanggapi hal ini, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) selaku Kepala BKKBN saat diwawancarai tim Nakita, Sabtu (7/1/2023) merasa tidak meragukan lagi kinerja dari Pemerintahan Jawa Tengah.
Menurut Hasto, Jawa Tengah memang selalu memiliki inovasi yang telaten untuk mencegah stunting.
"Telponi ini contoh inovasi. Jawa Tengah jargonnya macam-macam," terang Hasto.
Bahkan, Jawa Tengah juga sudah dianggap sukses dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
"Jawa Tengah sudah sukses menurunkan kematian angka ibu dan bayi," sambungnya.
Diketahui, para bidan dan kader rutin melakukan pengecekan tumbuh kembang anak.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi penimbangan balita serta mengukur tinggi badan.
Pemantauan ini dilakukan secara rutin setiap bulannya.
"Ditemukan kader pada saat penimbangan balita mengukur tinggi badan. Tidak hanya Fenruari atau Agustus, tapi ukur tinggi badan itu setiap bulan," ungkap Hasto.
Saat ditemukan bayi atau ibu hamil yang berisiko tinggi, nantinya akan mendapatkan pendampingan secara khusus.
Petugas kesehatan nantinya akan terhubung dengan satu link bersama kader di setiap daerah.
Bidan dan kader menjadi ujung tombak mengidentifikasi sampai melaporkan ke dalam suatu sistem.
"Jika ditemukan terjadinya stunting dilaporkan melalui pelaporan secara elektronik,"
Nantinya, para kader dan petugas kesehatan lainnya akan melihat data dari kondisi anak yang mengalami stunting atau ibu hamil dengan berisiko.
Data ini menunjukkan umur, tinggi badan, berat badan, hingga angka stunting.
"Nanti ketahuan ada catatan tinggi badannya, umurnya, berat badannya, sehingga angka stunting," ungkap Hasto.
Diketahui, Telponi berhasil menekan angka kematian ibu (AKI) sejak tahun 2017.
Sebelumnya terdapat 14 kasus dan kemudian turun menjadi 6 kasus pada tahun 2022.
Angka penurunan juga terlihat pada angka kematian bayi (AKB).
Sejak tahun 2017 tercatat ada 135 kasus.
Tetapi hingga bulan Desember 2022 terdapat 80 kasus.
Program inovasi Telponi bisa jadi contoh bagi daerah-daerah lain guna membantu menurunkan angka masalah stunting di Indonesa.
Telponi membantu BKKBN dalam mengurangi angka stunting yang kerap menjadi permasalahan kesehatan utama.
Sudah seharusnya di setiap daerah memiliki program unggulan masing-masing dalam meretas masalah stunting.
Apalagi beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) sebagai badan yang bertanggung jawab dan mengetuai pelaksanaan percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.
Hingga tahun 2024, Presiden menargetkan adanya penurunan hingga 14 persen.
Target ini sesuai dari angka yang sebesar 27,6 persen di tahun 2019 lalu.
Penurunan angka stunting di Indonesia memang masih berada di angka 1,6 persen per tahunnya.
Dengan penugasan yang diamanahkan kepada BKKBN diharapkan angka stunting bisa terkendali.
Presiden Joko Widodo memiliki target jika setidaknya dalam tiap tahun angka stunting di Indonesia dapat diturunkan hingga 2,7 persen.
Tentu saja, ada banyak langkah luar biasa yang akan dilakukan untuk mewujudkan tugas tersebut.
BKKBN juga turut menggandeng deretan Kementerian untuk menyukseskan angka penurunan stunting.
Tapi, semua langkah yang dilakukan pemerintah juga perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Masyarakat bisa turut serta dalam penurunan angka stunting gua membangun keluarga Indonesia yang lebih sehat dan cerdas.
Baca Juga: Demi Cegah Angka Stunting Naik, Bagaimana Pelaksanaan Posyandu Door to Door?
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR