Nakita.id – Setiap orangtua tentu menginginkan sang buah hati tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pasti ada kebanggaan tersendiri tatkala Si Kecil tumbuh sesuai dengan usianya.
Namun terkadang, ada kalanya pertumbuhan fisik yang proporsional tidak dapat dicapai.
Walau sudah berusaha semaksimal mungkin, anak bisa mengalami stunting.
Stunting merupakan gagal tumbuh dan berkembangnya anak dengan optimal.
Kurang optimalnya pemberian nutrisi, pengasuhan, serta gaya parenting mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan gizi anak.
Untuk diketahui, stunting bukanlah suatu faktor genetik.
Jika ada pertanyaan, saat anak mengalami stunting apakah pertumbuhannya masih bisa dikejar?
Untuk menjawab hal ini, Nakita telah mewawancarai Sena Kartika Praba, S.Gz selaku ahli gizi di RSDC Kemayoran, Selasa (17/1/2023).
Dalam penuturannya, stunting pada anak masih bisa dikoreksi.
Stunting masih bisa diperbaiki selama anak belum berusia 2 tahun.
Tatkala sang buah hati masih berada dalam 1000 hari pertama kehidupannya ketertinggalan berat badan anak masih bisa dikejar.
"Stunting ini masalah pertumbuhan jadi bisa diperbaiki selama masa pertumbuhan," ujar Sena.
Apabila sudah lebih dari 2 tahun, perbaikin gizi hanya bisa dilakukan untuk menaikkan berat badan.
Tetapi, untuk pertambahan tinggi badan sulit untuk dikejar.
Jadi, jika anak terlanjur pendek setelah 2 tahun, sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan.
Saat anak mengalami stunting, orangtua perlu segera untuk menanganinya.
Ini dilakukan untuk mengetahui apa penyebab dan bagaimana cara penanganannya.
Untuk bisa memperbaiki kondisi stunting pada anak, Sena menyebutkan jika ada beberapa cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan pemberian nutrisi yang tepat.
"Jadi, di bawah lima tahun, masih bisa kita kejar berat badan dan tinggi badannya. Dengan nutrisi yang tepat," sambungnya.
Pemberian nutrisi harus dibarengi juga dengan pola gizi yang sesuai.
Baca Juga: Anak Stunting Cenderung Tidak Produktiv, BKKBN Khawatirkan Bisa Ancam Bonus Demografi
Moms harus paham jika pemberian makan tidak hanya sekadar kenyang semata.
Namun, orangtua harus memperhatikan nutrisi yang terkandung di dalam makanannya.
Memasuki periode emas, ini waktu yang tepat untuk membantu pertumbuhan anak.
Kebutuhan gizi anak bisa disesuaikan dengan usia Si Kecil.
Ada banyak jenis makanan yang bisa dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi harian.
Makan-makanan ini bisa didapatkan dari lauk pauk, buah-buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan.
Nutrisi yang terkandung di dalam makanan ini dapat berperan untuk menjaga imunitas Si Kecil.
Bila ini diberikan di masa-masa pertumbuhannya tentu daya tahan tubuh anak akan meningkat.
Dengan begitu, sang buah hati jadi tidak mudah sakit.
Sena juga menyebutkan, hal lain yang perlu diperhatikan untuk memperbaiki masalah stunting adalah terkait pemantauan tumbuh kembang.
"Juga, pemantauan tumbuh kembang anak dengan tepat," ungkap wanita yang berprofesi sebagai ahli gizi ini.
Pemantauan terhadap tumbuh kembang anak ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan serta status gizi Si Kecil.
Dengan melakukan pemantauan secara rutin setiap bulannya, ini bisa menjadi salah satu cara terbaik mencegah stunting.
Pemantauan tumbuh kembang bisa dilakukan para ibu dengan mendatangi posyandu.
Dalam posyandu, terdapat kader dan petugas pelayanan kesehatan lainnya yang turut mencatat tumbuh kembang anak.
Di posyandu, Moms akan melihat apakah Si Kecil tumbuh sesuai dengan usianya atau tidak.
Apabila ditemukan hal yang tidak sesuai perkembangan anak, Moms bisa langsung mendapatkan rujukan ke rumah sakit.
Saat berat badan anak di bawah garis merah, itu artinya anak mengalami kurang gizi.
Moms bisa melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak tentang permasalahan tumbuh kembang yang dialami sang buah hati.
Nantinya, dokter akan memeriksakan kondisi kesehatan dan mencari tahu apa penyebabnya.
Setelah ditemukan penyebabnya, dokter akan memberikan perawatan khusus.
Kegiatan pemantauan pertumbuhan dilakukan sejak usia 0-72 bulan.
Playground of Nusa Nipa Sekolah Cikal, Gaungkan Pentingnya Jaga Harmoni antara Alam dan Sesama Makhluk Hidup
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR