Nakita.id - Angka stunting di Indonesia yang kian menurun bukan berarti kita terbebas dari masalah kesehatan ini.
Upaya pencegahan untuk mengurangi kelahiran bayi stunting terus digencarkan.
Mencegah anak stunting rupanya sudah bisa Moms upayakan sejak dalam kandungan.
Dalam Kuliah Whatsapp bersama Nakita, Kamis (26/1/2023), dr. Minerva Riani Kadir, SpA, Dokter Spesialis Anak RS Hermina Ciledug, menjelaskan upaya yang bisa ibu lakukan untuk mencegah stunting pada anak.
Menurutnya, mencegah stunting atau gagal tumbuh harus dilakukan sejak 1000 hari pertama kehidupan anak.
Ini artinya, Moms harus memerhatikan asupan gizi selama masa kehamilan.
Moms yang sedang hamil harus menyadari betul kecukupan nutrisi serta gizi sehari-hari.
Hal ini penting dilakukan agar janin di dalam kandungan bisa berkembang dengan baik.
Apabila asupan makanan cukup dan Moms hamil tanpa risiko ini membuat janin tumbuh tanpa menimbulkan bahaya pada kehamilan.
Kecukupan asupan makanan ini dapat dilihat dengan pertambahan berat janin yang sesuai dengan usia kehamilan.
"Stunting harus dioptimalkan di 100 hari pertama ini pun sejak ibu dalam kehamilan," tutur dr. Minerva.
Baca Juga: Stunting di Kota-kota Besar Masih Tinggi, Penyebabnya karena Hal Ini
Namun, tak jarang ada beberapa anak yang ketika lahir kondisinya sehat.
Tetapi, saat usia 2 tahun malah terdiagnosa mengalami stunting.
Apabila hal ini terjadi, apa yang harus orangtua lakukan?
dr. Minerva mengimbau agar orangtua tetap mengoptimalkan kebutuhan gizi anak.
Usahakan Moms tetap memberikan makanan makronutrien untuk Si Kecil.
Makanan makronutrien bisa didapatkan dari karbohidrat, protein, dan juga lemak.
Diimbangi juga dengan mengonsumsi mikronutrien, seperti vitamin dan mineral.
Moms jangan bosan untuk selalu berikan makan-makanan sehat.
Sayur, buah-buahan, ikan-ikanan yang dikonsumsi secara rutin bisa memperbaiki status gizi anak menjadi lebih baik.
Pemberian asupan makanan yang benar dapat mendukung tumbuh kembangnya berjalan optimal.
"Saat terdiagnosis di usia 2 tahun maka apakah kita masih bisa mengoptimalkan kita harus tetap melakukan langkah-langkah memperbaiki gizi anak. Kita melakukan stimulasi untuk membantu mengoptimalkan sambil perbaikan gizi," jelas dr. Minerva.
Moms jangan sampai salah kaprah, anak yang mengalami stunting tidak bisa dikatakan sebagai anak berkebutuhan khusus.
Stunting mengidentifikasikan tinggi badan anak jauh lebih pendek dibandingkan teman seusianya.
Sedangkan ABK merupakan anak yang mengalami keterbatasan dalam fisik, mental intelektual, serta sosio emosionalnya yang memengaruhi proses tumbuh kembangnya secara signifikan.
Perlu diketahui jika tidak semua anak dengan stunting merupakan ABK, dan begitu juga sebaliknya.
dr. Minerva menyebutkan, setiap anak memerlukan optimalisasi gizi.
Baik anak yang mengalami stunting serta anak ABK, orangtua harus memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi.
Namun, pada anak ABK, diperlukan juga beberapa terapi yang dilakukan bersama ahli.
Fisioterapi dan beberapa stimulasi ini bisa disesuaikan dengan kondisi anak.
Cara ini dilakukan agar tumbuh kembang anak ABK bisa berjalan optimal.
Untuk pemenuhan gizi serta melengkapi tumbuh kembang anak diperlukan pemantauan status gizi secara rutin bersama ahli yang bisa dilakukan di posyandu, puskesmas, bidan, atau bersama dokter kepercayaan masing-masing.
"Pada anak berkebutuhan khusus kita juga memerlukan untuk optimalisasi gizi dan tumbuh kembang anak. Pada anak berkebutuhan khusus yang diperlukan adalah fisioterapi atau stimulasi-stimulasi khusus sesuai dengan kebutuhan anak tersebut agar dapat mencapai tumbuh kembang yang paling optimal. Memperbaiki nutrisi secepat mungkin dan stimulasi untuk tumbuh kembang anak," pungkas dr. Minerva.
Baca Juga: Anak Stunting Memiliki IQ yang Lebih Rendah, Bisakah Memiliki Kecerdasan Otak Seperti Anak Lain?
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR