Nakita.ID - “Orang yang memindahkan gunung mulai dengan membawa batu-batu kecil.” Sebagian Moms mungkin sudah tak asing dengan ungkapan dari filsuf asal Tiongkok, Konfusius, tersebut karena sering digunakan sebagai pepatah bijak.
Pepatah tersebut memiliki makna bahwa pencapaian akan kesuksesan atau impian yang besar merupakan hasil dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten.
Jika ingin anak meraih kesuksesan di masa depan, Moms perlu membentuk kebiasaannya mengerjakan hal-hal kecil dengan baik sejak usia dini. Usia dini merupakan fase perkembangan pesat anak, baik secara karakter maupun intelegensi.
Dengan mempelajari dan mengerjakan hal-hal kecil dengan baik sejak usia dini, anak akan terlatih serta memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk mengerjakan hal-hal yang lebih besar seiring bertumbuh dewasa.
Baca juga: Moms, Ini Cerita Afifah Raih Juara di Olimpiade Matematika Berkat Metode Belajar Kumon
Pendidikan prasekolah tidak hanya mempersiapkan anak untuk bersekolah dan meraih prestasi akademis, tetapi juga membentuknya jadi warga masyarakat yang baik di masa depan. Sebab, kebiasaan yang dilakukan di usia dini dapat terbawa hingga dewasa.
Oleh karena itu, Moms perlu mendukung fase tersebut agar dapat mengenali dan meningkatkan potensi anak. Salah satu caranya dengan mengikutkan anak ke lembaga les anak prasekolah.
Saat ini, terutama di kota-kota besar, lembaga les anak prasekolah sebenarnya sudah cukup mudah ditemukan. Namun, Moms sebaiknya tidak sembarangan memilih.
Selain karena biaya, pertimbangan utama yang perlu diperhatikan saat memilih lembaga les anak prasekolah adalah metode belajar yang diterapkan. Alih-alih meningkatkan potensinya, cara belajar yang tidak tepat dapat membuat anak tidak termotivasi untuk belajar.
Metode yang tepat untuk anak belajar sejak usia dini adalah metode pembelajaran yang dapat membantu anak meningkatkan kemampuannya secara mandiri. Lembaga les anak prasekolah yang mengaplikasikan metode ini adalah Kumon.
Belajar memegang pensil hingga mengenal kata
Nama Kumon diambil dari nama seorang guru matematika asal Jepang, Toru Kumon. Pada 1954, Toru Kumon membuat lembar kerja untuk membantu anaknya yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) meningkatkan hasil tes matematikanya.
Metode belajar dengan lembar kerja tersebut berhasil dan menjadi asal mula pendidikan yang metodenya dikenal dengan nama Kumon. Saat ini, kelas Kumon telah tersebar di lebih dari 60 negara. Di Indonesia sendiri, Kumon memiliki sekitar 800 kelas.
Kumon merupakan sistem belajar dengan cara memberikan pelajaran secara individual sesuai kemampuan anak. Berbeda dari sekolah atau lembaga kursus pada umumnya, anak tidak dikelompokkan dalam satu kelas.
Metode Kumon melatih anak mengerjakan soal-soal dari lembar kerja yang disusun secara sistematis sesuai kemampuan masing-masing anak, Moms.
Baca juga: Mengenal Short-term Disability, Penurunan Daya Pikir yang Bisa Disebabkan Liburan Panjang
Materi yang diajarkan Kumon untuk anak usia dini dimulai dari hal kecil, seperti mengenal bentuk dan membaca bilangan, menghitung benda, serta mengenal huruf dan kata. Bahkan, anak juga dilatih memegang pensil dengan baik untuk menulis bilangan dan huruf.
Selain itu, Kumon juga menyediakan alat bantu belajar untuk meningkatkan kemampuan akademis anak. Beberapa alat bantu tersebut, antara lain papan bilangan magnetik, kartu bilangan, pensil segitiga, dan pensil grip.
Kumon percaya bahwa kebiasaan menyelesaikan tugas secara mandiri dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian anak menghadapi tantangan baru. Dengan demikian, tidak hanya kemampuan akademik anak yang dilatih, tetapi juga life skill atau kecakapan hidupnya.
Pembimbing Kumon tidak berfungsi untuk membantu anak menyelesaikan soal-soal seperti cara belajar pada lembaga kursus lain. Pembimbing hanya akan membantu anak menemukan metode yang tepat sesuai kemampuannya untuk mengerjakan lembar kerja.
Baca juga: Life Skill Penting untuk Masa Depan Anak, Moms Harus Mulai dari Mana untuk Mengajarinya?
Kumon memiliki dua subjek pelajaran, yakni Matematika dan Bahasa Inggris. Kelas kursus matematika dan bahasa Inggris tersebut dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu.
Lama belajar di kelas berbeda untuk setiap anak, antara lain tergantung pada kemampuan dan level yang sedang dikerjakan serta banyaknya lembar kerja. Namun, rata-rata waktu belajar di kelas berlangsung antara 30 menit sampai 90 menit.
Apabila anak tidak dapat menghadiri kelas, orang tua tidak dapat mengganti hari kursus. Sebagai penggantinya, anak dapat mengambil lembar kerja untuk dikerjakan di rumah.
Saat ini di Kumon terdapat Coba Gratis menawarkan pengalaman belajar secara gratis sebanyak empat kali pertemuan. Daftar sekarang di kelas Kumon terdekat catat tanggalnya, Periode 1: 1-14 Maret 2023, Periode 2: 18-31 Maret 2023.
Informasi lebih lengkap tentang Kumon, program Kumon, daftar Kumon, biaya Kumon, dan lokasi Kumon terdekat dapat dibaca melalui situs web Kumon. Anda juga dapat mengIkuti media sosial Kumon di Instagram dan Facebook.
KOMENTAR