Menurut dr. Denta, anggapan di atas sebenarnya tergantung jenis sakit apa yang dirasakan.
"Misalnya, kalau imunisasi membuat anak demam ya bisa saja membuatnya demam. Atau, membuat nyeri itu juga bisa ya. Itu kan salah satu efek samping yang memang sudah bisa diperkirakan sebelumnya," terang dokter yang berpraktik di KiDi Pejaten - Klinik Spesialis Anak ini.
"Tapi yang jelas, yang namanya sakit karena vaksin itu seperti yang saya bilang tadi, kebanyakan hanya sementara saja. Hanya 1-2 hari," ungkapnya.
Untuk anggapan ini, dr. Denta juga menyampaikan tergantung apa jenis penyakit yang dialami anak.
"Kalau misalnya sakitnya demam tinggi, itu kita tunda dulu sampai demamnya mereda. Tapi kalau misalnya sakitnya ringan, paling cuma kaya pilek-pilek biasa, meler, batuk-batuk ringan, anak masih aktif, masih mau makan dan minum, kencing juga masih teratur, masih kesana kemari, itu bukan kontra indikasi. Atau, kita tetap masih bisa melakukan vaksinasi," jelasnya.
Ditambah, anak dengan riwayat penyakit komplikasi seperti asma dan penyakit jantung bawaan juga bisa mendapat imunisasi.
"Justru anak-anak dengan kondisi komorbid atau kondisi bawaan seperti ini ya, itu justru salah satu yang kita prioritaskan untuk divaksin. Karena, mereka jangan sampai sakit," kata dr. Denta.
Namun dengan catatan, penyakit yang dialami sanga anak tidak boleh ada dalam kondisi akut.
"Misalnya, kalau asma itu kondisi akutnya serangan asma. Ketika dia mendapatkan serangan asma ya kita tidak melakukan vaksinasi, kita lebih menangani asmanya. Tapi kalau misalnya dia sedang tidak ada serangan, ya kita masih bisa memberikan vaksinasi," ungkapnya.
"Jadi, kita menjaga (agar) jangan sampai mereka terkena sakit," lanjutnya.
Baca Juga: Daftar Vaksinasi dan Imunisasi Bayi di Puskesmas yang Penting Untuk Kesehatan Anak
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR