Nakita.id - Pemberian imunisasi menjadi salah satu tindakan yang sangat penting untuk mencegah penyakit pada anak.
Namun sayangnya, tak sedikit orangtua yang khawatir akan pemberian imunisasi untuk anak ini.
Apalagi sampai sekarang, masih banyak yang mempercayai mitos-mitos terkait imunisasi anak.
Lantas, apa saja mitos-mitos tersebut? Lalu, bagaimana faktanya?
Jangan khawatir dulu karena dokter spesialis anak ini akan membantu mengupasnya satu per satu.
Menurut dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A, anggapan ini memang benar adanya.
Namun dengan catatan, hanya beberapa imunisasi saja yang bisa terasa sakit.
"Mungkin beberapa imunisasi itu bisa saja terasa sakit, kecuali imunisasi yang diteteskan ya. Seperti, Polio tetes atau Rotavirus yang oral. Itu mungkin enggak terlalu sakit karena diteteskan," kata dr. Denta saat diwawancarai Nakita pada Jumat (31/3/2023).
Imunisasi yang disuntik biasanya akan menimbulkan rasa nyeri, terang dr. Denta.
Hanya saja, sebagian besar rasa nyeri yang ditimbulkan itu hanya muncul di awal-awal saja yaitu saat penyuntikan.
"Setelah itu, biasanya rasa sakit sudah tidak ada, kecuali nanti memang ada efek samping sakit sehabis disuntik," ucapnya.
Baca Juga: Manfaat Imunisasi BCG untuk Anak dan Cara Mendapatkannya
Menurut dr. Denta, anggapan di atas sebenarnya tergantung jenis sakit apa yang dirasakan.
"Misalnya, kalau imunisasi membuat anak demam ya bisa saja membuatnya demam. Atau, membuat nyeri itu juga bisa ya. Itu kan salah satu efek samping yang memang sudah bisa diperkirakan sebelumnya," terang dokter yang berpraktik di KiDi Pejaten - Klinik Spesialis Anak ini.
"Tapi yang jelas, yang namanya sakit karena vaksin itu seperti yang saya bilang tadi, kebanyakan hanya sementara saja. Hanya 1-2 hari," ungkapnya.
Untuk anggapan ini, dr. Denta juga menyampaikan tergantung apa jenis penyakit yang dialami anak.
"Kalau misalnya sakitnya demam tinggi, itu kita tunda dulu sampai demamnya mereda. Tapi kalau misalnya sakitnya ringan, paling cuma kaya pilek-pilek biasa, meler, batuk-batuk ringan, anak masih aktif, masih mau makan dan minum, kencing juga masih teratur, masih kesana kemari, itu bukan kontra indikasi. Atau, kita tetap masih bisa melakukan vaksinasi," jelasnya.
Ditambah, anak dengan riwayat penyakit komplikasi seperti asma dan penyakit jantung bawaan juga bisa mendapat imunisasi.
"Justru anak-anak dengan kondisi komorbid atau kondisi bawaan seperti ini ya, itu justru salah satu yang kita prioritaskan untuk divaksin. Karena, mereka jangan sampai sakit," kata dr. Denta.
Namun dengan catatan, penyakit yang dialami sanga anak tidak boleh ada dalam kondisi akut.
"Misalnya, kalau asma itu kondisi akutnya serangan asma. Ketika dia mendapatkan serangan asma ya kita tidak melakukan vaksinasi, kita lebih menangani asmanya. Tapi kalau misalnya dia sedang tidak ada serangan, ya kita masih bisa memberikan vaksinasi," ungkapnya.
"Jadi, kita menjaga (agar) jangan sampai mereka terkena sakit," lanjutnya.
Baca Juga: Daftar Vaksinasi dan Imunisasi Bayi di Puskesmas yang Penting Untuk Kesehatan Anak
Anggapan di atas sebenarnya juga tergantung, Moms.
Pasalnya, menurut dr. Denta, beberapa imunisasi ada yang mungkin menimbulkan reaksi alergi ringan atau berat.
"Tetapi, pada dasarnya kan imunisasi itu vaksin. Ada beberapa bagian atau komponen yang tentu saja bisa membuat anak alergi," ujar dr. Denta.
"Nah, itulah pentingnya ketika habis divaksin, orangtua juga masih memonitor nih kondisi anaknya, terutama di 1-2 hari pertama. Dari situ, nanti mereka bisa tahu nih apakah ada tanda-tanda alergi apa tidak," lanjutnya menyampaikan.
Jadi sebagai kesimpulan, imunisasi bisa saja menyebabkan alergi, Moms.
Hanya saja, kemungkinan muncul alerginya benar-benar kecil.
Menurut dr. Denta, imunisasi sebenarnya untuk mencegah infeksi dan bukan alergi.
"Imunisasi kan sebenarnya bukan untuk mencegah alergi ya. Dia (imunisasi) ini mencegah infeksi," sebutnya.
"Jadi walaupun nanti mungkin alergi, bisa jadi ada beberapa yang terjadi karena sebelumnya ada infeksi berulang misalnya," lanjutnya menjelaskan.
Akan tetapi, lanjut dr. Denta, prinsip utama imunisasi adalah mencegah infeksi.
Jadi, anggapan di atas benar-benar mitos belaka, Moms.
Baca Juga: Daftar Imunisasi Anak Gratis di Posyandu atau Puskesmas, Bawa Anak Moms Sekarang!
Anggapan di atas justru merupakan mitos belaka, Moms.
dr. Denta menyampaikan, semua imunisasi pada prinsipnya bisa dikejar kecuali imunisasi Rotavirus.
"Terus habis itu, kalau misalnya sudah terlewat, sebagian besar pada dasarnya tidak harus mengulang dari awal," terangnya.
"Cuma mungkin ada beberapa yang kalau terlewatnya terlalu lama, bisa saja dokternya memutuskan untuk mengulangi lagi dosisnya," lanjutnya menerangkan.
Menurut dokter spesialis anak ini, jika ada yang tertinggal maka harus tetap dikejar sampai semuanya didapatkan.
Menurut dr. Denta, pada kondisi-kondisi tertentu, walau belum ada justifikasi atau sertifikat halal, tetap bisa melakukan vaksinasi.
"Karena, kondisinya dalam hal ini merupakan suatu ikhtiar untuk tidak mendapatkan penyakit dan pilihan lainnya belum ada," katanya.
Bahkan, dokter ini juga menambahkan, imunisasi juga dilakukan di semua negara termasuk negara Muslim.
Ditambah, di Indonesia sendiri sudah ada lembaga MUI (Majelis Ulama Indonesia).
"Lembaga MUI sendiri sudah mengatakan bahwa memperbolehkan walau belum ada sertifikat halal tapi tetap dilakukan vaksinasi, sambil mungkin menunggu sertifikat halalnya ada," ungkap dr. Denta.
Oleh karena itu, Moms tak perlu khawatir lagi memberikan imunisasi untuk anak tercinta. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Cegah Risiko Kanker Sejak Dini, Berikut Jadwal Imunisasi Anak di Posyandu yang Harus Diikuti
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR