Jika sebelumnya anak minta makan tiap setengah jam sekali, secara bertahap tingkatkan menjadi 1 jam, lalu 1,5 jam, hingga akhirnya bisa mencapai 2 atau 3 jam sekali mengingat sepanjang rentang waktu itulah lambung membutuhkan waktu untuk mengolah makanan.
Begitu pun dengan porsi makannya. Awalnya, untuk makan besar/utama (pagi, siang, sore/malam), porsinya boleh tetap banyak asalkan anak lebih dulu harus menghabiskan porsi sayur dan buah yang disediakan.
Sayur dan buah-buahan akan meningkatkan gula darah namun tidak terlalu drastis. Dengan demikian, anak akan cepat kenyang sebelum ia menghabiskan makanan yang berasal dari gula/karbohidrat dan lemak.
Untuk itu, orangtua harus kreatif dan berpikir panjang bagaimana mengolah sayur agar cita rasa sayuran jadi enak hingga disukai anak. Di luar jam makan besar/utama, secara bertahap kurangi porsinya.
Selain itu, minta anak belajar mengunyah makanannya dengan baik alias jangan terlalu cepat ditelan. Mengunyah terlalu cepat hanya akan membuat sensor kenyang di otak tak mampu berkerja semestinya.
Makan terburu-buru memungkinkan anak makan 2 piring tanpa merasa kenyang, sementara separuh dari porsi yang sama mampu membuat anak merasa cukup kenyang bila disantap dengan tertib. Jika anak merengek-rengek minta makan sebelum jam makan tiba, orangtua hendaknya tidak gampang menyerah.
Pintar-pintarlah mengalihkan perhatian anak ke hal-hal yang tak kalah menarik, seperti menggambar, bermain pasel atau susun balok, dan lainnya. Dengan begitu pikiran anak tidak terfokus hanya pada makanan.
Selain itu, orangtua juga harus tegas/disiplin dengan tidak menyediakan stok makanan secara berlebihan di rumah, terutama makanan tinggi kalori, seperti camilan gurih, kue tar, dan sebagainya.
Kalaupun ingin menyediakan stok, secukupnya saja. Orangtua juga jangan menggampangkan masalah makan hanya dengan mengedepankan pentingnya anak gampang makan tanpa memerhatikan kualitas makan anak.
Contoh, membiasakan anak makan sambil nonton televisi hanya akan membuat anak tidak mengenali rasa lapar dan kenyangnya.
Anak pun jadi tak menghargai makanan yang disajikan orangtuanya karena ia belajar bahwa makanan yang diiklankan di tevelah yang menarik dan enak untuk dimakan. Tak kalah penting, seluruh anggota keluarga harus menunjukkan dukungan sekaligus empati bagi si bocah gembul ini agar tidak terjadi dampak buruk akibat kebanyakan makan.
Baca Juga: Bayi Overfeeding Sampai Kekenyangan Bisa Bahaya! Begini Cara Mencegah Bayi Kekenyangan
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR