Nakita.id - Moms perlu waspada dengan preeklamsia saat hamil.
Preeklamsia sendiri adalah salah satu komplikasi kehamilan yang kerap dialami ibu hamil.
Preeklamsia biasanya sudah dimulai setelah mencapai usia kehamilan yang ke-20 minggu, dimana tekanan darah saat hamil semakin meningkat.
Tanda-tanda preeklamsia sendiri tergantung sesuai dengan kondisi ibu hamil itu sendiri, dari ringan hingga berat.
Meski begitu, ada perbedaan yang perlu Moms ketahui dari keduanya ini.
Melansir dari Verywell Family, berikut adalah perbedaan tanda preeklamsia pada ibu hamil, baik ringan maupun berat.
Penjelasan berikut juga disertai apa saja gejalanya sekaligus cara mengatasinya.
Ibu hamil dengan preeklamsia ringan biasanya tidak memiliki gejala, Moms.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa Moms bisa mengalami kenaikan tekanan darah dan urine mengandung protein.
Pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan, tekanan darah biasanya lebih dari 140/90.
Kemudian, untuk kandungan protein di dalam urine lebih dari 300 mg dalam waktu 24 jam.
Baca Juga: Pemicu Terjadinya Preeklamsia pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya
Apabila Moms memiliki gejala preeklamsia yang ringan, Moms tak perlu berobat ke rumah sakit.
Namun, dokter kandungan perlu memonitor secara langsung agar komplikasi kehamilan ini tidak semakin memburuk.
Untuk itu, Moms perlu rutin melakukan cek kehamilan dengan dokter kandungan masing-masing.
Selain itu, Moms juga sangat disarankan untuk sering-sering beristirahat agar preeklamsia pada ibu hamil tidak parah.
Lakukan cara ini sampai waktu persalinan tiba ya, Moms.
Pada ibu hamil dengan preeklamsia berat, tekanan darah bisa mencapai lebih dari 160/110.
Ditambah, kandungan protein dalam urine mencapai lebih dari 3 pada hasil tes urine.
Gejala-gejala lainnya yang juga dapat dialami adalah sebagai berikut:
- pengeluaran urine yang buruk
- nyeri perut bagian kanan atas
- fungsi hati tidak normal atau abnormal
Baca Juga: Pengertian Preeklamsia, Penyebab dan Gejala Terjadinya pada Ibu Hamil
- trombosit rendah
- penglihatan kabur
- edema paru (cairan terkumpul di paru-paru sehingga sulit bernapas)
- pertumbuhan janin yang buruk
Preeklamsia berat pada ibu hamil sendiri bisa menyebabkan kejang pada ibu hamil, solusio plasenta, hingga kematian janin maupun ibu hamil.
Dalam kasus tertentu, penanganan komplikasi kehamilan satu ini harus dilakukan secepat mungkin.
Yakni, dengan persalinan tanpa memandang usia kehamilan tersebut.
Meski bisa dengan persalinan per vaginam, tapi kebanyakan dokter kandungan akan menyarankan untuk bersalin secara caesar.
Apabila gejala preeklamsia ini dibiarkan, maka bisa membawa risiko yang lebih berbahaya pada Moms maupun Si Kecil.
Semoga informasi diatas bermanfaat, ya.
Yuk, kita cegah preeklamsia sejak dini selama masa kehamilan!
Baca Juga: 8 Manfaat Makan Alpukat Saat Hamil, Mulai dari Mengobati Anemia hingga Turunkan Risiko Preeklamsia
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR