Nakita.id - Sebagai orangtua, Moms dan Dads tentu sepakat bahwa pendidikan adalah salah hal terpenting bahkan wajib didapat untuk semua kalangan.
Khususnya sejak usia dini, sebab pendidikan menjadi salah satu faktor penting untuk kemajuan seorang anak di masa depan.
Bagaikan sebuah fondasi, pendidikan harus ditanamkan betul-betul pada anak dengan cara memahami sekaligus mendampingi dunia mereka.
Selain di lingkungan rumah, pendidikan juga dapat ditanamkan pada anak di sekolah melalui para guru yang mengajar.
Namun sayangnya, tak semua guru yang mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk anak.
Untuk itu, Drs. Zulfikri Anas, M.Ed selaku Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjabarkan beberapa peran guru yang seharusnya dilakukan.
Zulfikri menjelaskan, untuk kurikulum saat ini diadakan proyek.
"Proyek itu bukan produk yang kita harapkan, tetapi bagaimana anak menyatu dengan lingkungan sekitarnya," ungkapnya dalam wawancara eksklusif dengan Nakita, Senin (22/5/2023).
Bukan dengan diberi soal-soal yang harus dijawab, tapi dengan menceritakan aktivitas apa saja yang dilakukan di sekitarnya.
"Jadi, carilah dan ajaklah anak untuk menceritakan kegiatan apa yang dilakukan di rumahnya masing-masing, di daerah masing-masing, di lingkungannya masing-masing yang terkait dengan pelajaran hari ini di sekolah," pesan Zulfikri.
"Misalnya, pelajaran IPS yaitu tentang keanekaragaman hayati di sekitarnya. Kemudian, dia (anak) menceritakan bagaimana kehidupan masyarakat di setempat sesuai dengan kondisi alamnya," lanjutnya berpesan.
Zulfikri bahkan menyampaikan, masing-masing anak tentu mempunyai cerita yang berbeda-beda.
Hal ini dikarenakan satu sekolah memiliki peserta didik yang tinggal di lingkungan rumah yang beraneka ragam kondisinya.
Misalnya, di sawah, dekat pasar, dan sebagainya.
"Dengan mengajak mereka untuk menceritakan apa yang ada di sekitar mereka, lingkungan mereka, kemudian kita arahkan bahwa inilah peranannya belajar IPS, belajar IPA, belajar semuanya itu, dengan menggunakan lingkungan sekitar itu, mungkin lebih meningkatkan kepekaan anak terhadap lingkungan," terang Zulfikri.
"Kemudian, itu juga yang membuat mereka itu paham dengan apa potensi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada di daerahnya," lanjutnya.
Juga, memicu anak untuk terus belajar ke daerah lain setelah paham dengan kondisi di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Zulfikri kembali menekankan, semua mata pelajaran di sekolah itu pasti berhubungan dengan lingkungan.
"Apapun kompetensinya, apapun semua mata pelajaran, pasti berhubungan dengan lingkungan kehidupan masyarakat dengan alam," katanya menegaskan.
"Misalnya, belajar fotosintesis. Nah, anak diminta untuk memperhatikan tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitarnya," katanya sambil memberi contoh.
Contoh lainnya adalah, anak diberi tumbuhan untuk diperhatikan di pekarangan rumahnya.
Lalu, daun tanamannya dibungkus plastik sore harinya.
Kemudian, keesokan paginya bisa dilihat apakah ada embun di dalamnya atau tidak.
"Itu contoh-contoh hal yang sangat sederhana dan itu akan meningkatkan kepekaan anak terhadap lingkungan sebetulnya," tutup Zulfikri.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Frida Dwiyanti selaku Kepala Sekolah Sampoerna Academy Sentul, Bogor.
Bahkan, Frida juga menjabarkan beberapa peran yang biasanya para guru di Sampoerna Academy lakukan untuk mendukung pembelajaran efektif dan menyenangkan.
Bagi Frida sendiri, para guru harus mengetahui bagaimana pribadi dari masing-masing anak.
"Itulah sebab di kelas kami tidak tertata seperti model tradisional banget. Tetapi, interaksi guru dan anak itu secara konstruktif dan juga secara friendly terbentuk," terang Frida saat diwawancarai Nakita, Rabu (17/5/2023).
"Jadi, bonding antara anak dan guru ada. Guru jadi kenal dengan masing-masing anak," lanjutnya.
Berikutnya adalah komunikasi.
"Guru akan berkomunikasi ke anak setiap pagi. Mereka punya target belajar hari ini apa. Lalu, setiap minggunya kami berikan juga topik pembelajaran kepada orangtua. Namanya weekly bulletin," kata Frida.
"Dari sana, komunikasi enggak hanya guru dengan anak, enggak hanya anak dengan temannya. Tapi juga guru dengan orangtua," lanjut Frida.
Baca Juga: Rutin Adakan Kegiatan Setiap Tahunnya, Ternyata Ini Alasan dari Sampoerna Academy
Dalam arti lain, komunikasi terbentuk dari tiga pihak, yakni guru, orangtua, dan siswa.
Di Sampoerna Academy, Frida mengatakan bahwa guru-gurunya sangat kreatif.
"Itu yang membuat anak jadi terpacu untuk kreatif juga," sebutnya.
"Saya percaya kalau gurunya kreatif, anak-anak juga akan kreatif," ujarnya dengan yakin.
Selain itu, lanjut Frida, guru-guru di Sampoerna Academy juga berperan menjadi fasilitator.
"Sebagai contoh, anak diberi kesempatan untuk menunjukkan karyanya, supaya mereka semakin percaya diri," ujarnya.
"Karya mereka ditampilkan dan teman-teman akan melihat.
Jadi, mereka bisa dapat inspirasi atau ide dari karya temannya," lanjutnya.
Sebagai penutup, Frida menyampaikan bahwa peran guru sangat penting, karena guru harus menjadi orang pertama yang dilihat anak di kelasnya masing-masing.
Itulah beberapa peran guru yang harus dilakukan dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk anak. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Apa Saja Kegiatan Study Tour yang Diadakan di Sampoerna Academy? Kulik di Sini!
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR