Nakita.id - ASI menjadi makanan utama bayi usia 0-6 bulan.
Keunggulan nutrisi pada ASI juga sudah banyak dipelajari dan dibuktikan oleh para ahli.
Karena itulah ASI wajib menjadi makanan pokok bayi baru lahir.
Meskipun demikian, ada kondisi yang menyebabkan bayi terpaksa harus diberikan susu formula.
Namun, susu formula tidak boleh diberikan sembarangan dan harus atas petunjuk dokter.
Dilansir dari laman situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,) inilah beberapa kondisi yang memperbolehkan pemberian susu formula untuk bayi.
Kelainan metabolik atau genetik pada bayi membuatnya tidak memiliki enzim tertentu untuk bisa mencerna susu, baik ASI maupun susu sapi.
Karena itulah diperlukan susu dengan formula khusus yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
Kelainan metabolik pada bayi yang menyebabkan bayi harus diberikan susu formula antara lain adalah galaktosemia.
Penyakit ini disebabkan karena bayi tidak punya enzim galactose yang diperlukan untuk mencerna laktosa.
ASI mengandung laktosa tinggi, karena itulah bayi dengan galaktosemia tidak bisa mencerna ASI.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Susu Formula untuk Anak Usia 1 Tahun, Harga Terjangkau!
Maple syrup urine disease adalah penyakit lain yang menyebabkan bayi tidak bisa mencerna protein leusin, isoleusin, dan valine.
Sebab itulah bayi tidak boleh mendapatkan ASI atau susu biasa dan hanya boleh diberikan susu formula tanpa kandungan ketiga jenis protein tersebut.
Bayi yang lahir kurang bulan atau lahir prematur butuh kalori, lemak, dan protein yang lebih banyak daripada bayi lahir tidak prematur.
Meskipun ASI bayi prematur mengandung kalori, protein, dan lemak yang tinggi, tetapi ASI tersebut akan berubah menjadi ASI normal setelah 3-4 minggu.
Inilah kenapa bayi yang lahir kurang dari 34 minggu kebutuhan gizi ASI-nya tidak bisa terpenuhi lagi setelah bayi berusia tiga minggu.
Untuk mengatasi masalah kekurangan nutrisi tersebut, diperlukan susu formula sebagai penguat ASI yang berisi karbohidrat, protein, dan mineral yang sangat dMomstuhkan bayi prematur.
Protein susu formula ini berasal dari susu sapi, dan bisa dicampur dengan ASI.
Selain kondisi bayi, kondisi Moms juga turut memengaruhi pemberian susu formula pada bayi.
Moms dengan kondisi berikut ini tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya:
- Moms dengan kondisi HIV positif tidak bisa menyusui bayinya karena virus HIV akan menular ke bayi melalui ASI.
- Moms penderita Human T-lymphotropic Virus (HTLV) tipe 1 dan tipe 2 yang bisa menular melalui ASI, dan bisa menyebabkan gangguan saraf setelah bayi dewasa.
Baca Juga: Apakah Tetap Boleh Anak Diare Minum Susu Formula? Begini Penjelasan Sains
- Moms penderita Citomegalovirus (CMV) yang melahirkan prematur.
Banyak Moms menyusui mengalami penurunan produksi ASI di trimester kedua karena hormon kehamilan, atau bayi tiba-tiba berhenti menyusu karena perubahan rasa pada ASI.
Ini memang tidak terjadi pada semua Moms, sebagian Moms tetap bisa menyusui saat hamil tanpa masalah berarti.
Tapi pada wanita lainnya, bayi mereka tidak lagi mau atau tertarik untuk menyusu.
Secara emosi ini bisa terasa berat karena meski merasa senang karena hamil, Moms masih merasa berasalah karena kehamilan menghalanginya untuk menyusui.
Bagaimanapun usaha mereka untuk meningkatkan ASI, perlahan mereka merasa lelah dan menyerah karena tidak mendapat hasil yang diinginkan.
Ini jadi situasi yang sering didengar, Moms merasa panik dan mengira tidak memiliki ASI yang cukup, lalu beralih ke susu formula.
Terlebih lagi, perusahaan susu formula mempekerjakan orang marketing untuk membuat para Moms merasa perlu menggunakan produk mereka.
Sayangnya, ada beberapa asumsi keliru tentang persediaan ASI yang sedikit.
Jika aliran ASI Moms tersumbat dan tidak bisa keluar terjadi tentu pemberian susu formula terpaksa dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
Jika beberapa masalah di atas dialami Moms, maka bisa memberikan susu formula untuk bayi.
Baca Juga: Cara Mengatur Jarak Pemberian ASI dan Susu Formula untuk Bayi
Tapi bagaimana aturannya? Berikut adalah beberapa aturan yang perlu Moms perhatikan dan pertimbangkan saat memberikan susu formula untuk bayi baru lahir:
Pada umumnya, susu formula bayi dibuat dengan nutrisi yang diharapkan bisa mendekati komposisi atau kandungan nutrisi pada ASI.
Namun, sebelum memberikan susu formula untuk bayi baru lahir, Moms perlu memperhatikan kondisi dan kebutuhan bayi terlebih dahulu.
Bayi dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah, umumnya membutuhkan susu formula khusus yang mengandung lebih banyak protein dan kalori untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Umumnya, susu formula sudah mengandung nutrisi utama untuk membantu proses tumbuh kembang Si Kecil, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.
Selain itu, perhatikan juga kandungan penting lainnya, seperti arakidonat (ARA) dan asam docosahexaenoic (DHA).
Senyawa ini termasuk ke dalam asam lemak tak jenuh ganda yang bermanfaat bagi perkembangan mata, sistem saraf, dan otak bayi.
Moms juga bisa memilih susu formula yang mengandung prebiotik untuk membantu menjaga kesehatan pencernaan dan memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi.
Selain kebutuhannya, sesuaikan juga jenis susu formula dengan usia Si Kecil.
Beberapa bayi bisa mengalami alergi terhadap protein yang terdapat pada susu sapi.
Jika Moms memberikan susu formula kepada bayi baru lahir, mulailah pemberian sufor sedikit demi sedikit dan lihatlah reaksi Si Kecil.
Baca Juga: Ini Dia 6 Rekomendasi Susu Formula Agar Anak Cepat Tinggi
Jika bayi mengalami gejala alergi susu, seperti ruam, muntah, diare, mata berair, hidung tersumbat, mengi, atau sesak napas, sebaiknya hentikan pemberian susu formula dan diskusikan kembali perihal pemilihan susu formula dengan dokter ya, Moms.
Dokter bisa menyarankan penggantian susu formula biasa menjadi susu terhidrolisa atau susu dengan formula asam amino.
Ini adalah jenis susu formula yang kandungan proteinnya sudah dipecah menjadi lebih kecil, sehingga lebih mudah dicerna dan risiko alerginya lebih rendah.
Bukan hanya memperhatikan kandungan pada susunya saja, perhatikan juga takaran dan frekuensi menyusunya ya, Moms.
Bayi baru lahir umumnya perlu diberi susu formula setiap 2-3 jam sekali atau 8-12 kali dalam sehari, dengan jumlah yang kecil atau sekitar 30–60 ml dalam sekali menyusu.
Pada bulan pertama, bayi secara bertahap mengonsumsi susu sekitar 90-120 ml dalam sekali menyusu per harinya. Jumlah ini akan meningkat seiring pertambahan usianya.
Saat memberikan susu formula, Moms juga harus bijak dalam memilih botol susu yang akan digunakan oleh bayi.
Pastikan untuk memilih botol susu bebas BPA. Selain itu, pilih ukuran dot yang sesuai dengan usia bayi.
Supaya susu yang keluar lebih lambat dan tidak membuat Si Kecil tersedak saat menyusu, Moms disarankan untuk memilih dot yang berukuran kecil.
Jangan lupa juga untuk segera mencuci botol dan dot dengan benar setelah Si Kecil selesai menyusu agar sisa susu tidak mengering dan menempel di permukaan botol dan dot.
Bersihkan secara menyeluruh dengan sabun khusus mencuci botol bayi. Kemudian, keringkan dan sterilkan menggunakan air panas untuk membunuh kuman yang mungkin menempel.
Baca Juga: Ini Dia 6 Rekomendasi Merek Susu Formula Penambah Berat Badan Bayi
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR