Misalnya, anak berada di sekolah selama 8 jam sehingga harus mendapatkan perlindungan selama berada di dalam sekolah.
"Jadi kita berupaya supaya anak itu dapat terjamin keselamatannya ketika dia berada di sekolah," harap Amur.
Selain itu, lanjutnya, Sekolah Ramah Anak ini juga merupakan sebuah paradigma baru yang digunakan untuk mengajak seluruh pihak di satuan pendidikan agar dapat melindungi anak juga memberikan rasa lebih aman dan nyaman untuk anak.
Terutama guru, kepala sekolah, tenaga-tenaga pendidikan di sekolah, sahabat anak, serta ekosistem sekolah.
"Sehingga, anak dapat berinteraksi dengan lebih baik dalam kehidupan yang sehat di dalam lingkungan yang sehat itu," ujar Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan KemenPPPA ini.
"Mereka juga bebas dari gangguan-gangguan, baik itu gangguan fisik, gangguan mental, maupun gangguan psikologis, sehingga mereka benar-benar dapat merasa aman dan nyaman ketika berada di sekolah," lanjutnya.
Selain Sekolah Ramah Anak, Amur juga menyampaikan bahwa pihak KemenPPPA memiliki layanan SAPA 129.
Layanan SAPA 129 bertujuan untuk mengatur proses serta menangani kasus dimana anak sekolah mendapatkan perlakuan kekerasan salah satunya di lingkungan sekolah.
"Bisa lewat jalur SAPA 129 ya. Itu (bertujuan untuk) melaporkan kejadian-kejadian yang dialami anak sebagai wujud untuk implementasi dari infrastruktur yang disiapkan oleh KemenPPPA untuk memberikan layanan rujukan akhir bagi anak-anak maupun perempuan korban.
Baik itu kekerasan seksual, bullying, perundungan, ataupun intoleransi melalui SAPA 129 ini," kata Amur menyampaikan.
Baca Juga: Orangtua Jangan Abai, Ini Pengaruh Media Sosial untuk Kesehatan Mental Anak
Masih Banyak yang Keliru, Begini Cara Tepat Melakukan Toilet Training pada Anak
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR