Nakita.id - Kebiasaan toxic dari orangtua ke anak dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dan hubungan mereka dalam jangka panjang.
Meskipun seorang orangtua mungkin memiliki niat baik, sikap dan perilaku yang toxic dapat menyebabkan kerusakan emosional dan psikologis pada anak.
Berikut ini adalah beberapa contoh kebiasaan toxic orangtua ke anak:
Orangtua yang terlalu sering mengungkapkan bahwa mereka selalu benar dan tidak pernah salah.
Meski sepele, tapi hal ini bisa menyebabkan anak merasa takut atau malu ketika mereka membuat kesalahan atau memiliki pendapat yang berbeda.
Orangtua yang terus-menerus mengkritik penampilan, kecerdasan, atau kemampuan anak, tanpa memberikan dukungan atau pujian.
Hal ini bisa merusak harga diri anak dan mengurangi rasa percaya diri mereka.
Orangtua yang membatasi kebebasan anak untuk bereksplorasi dan membuat keputusan sendiri, tanpa memberikan alasan yang memadai.
Hal ini dapat menekan perkembangan kemandirian dan kreativitas anak.
Membandingkan anak dengan anak lain yang dianggap lebih baik dalam hal apapun.
Baik itu prestasi akademik, olahraga, atau perilaku, dapat menyebabkan rasa cemburu dan rendah diri pada anak.
Baca Juga: Demi Persiapkan Generasi Muda yang Sehat Jiwa, Pemerintah Gelar Sosialisasi Berbasis Posyandu
Menggunakan hukuman fisik atau hukuman lain yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kesalahan anak.
Seperti mengabaikan atau mengancam untuk meninggalkan mereka, bisa menyebabkan trauma dan kecemasan yang berkepanjangan.
Tidak menetapkan batasan yang jelas atau mengabaikan pelanggaran yang berulang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat menyebabkan rasa ketidakamanan pada anak.
Orangtua yang tidak peduli atau tidak memerhatikan perasaan anak, serta tidak menyediakan waktu untuk berbicara dan mendengarkan mereka.
Hal ini dapat membuat anak merasa tidak dihargai dan kesepian.
Orangtua yang selalu menyalahkan anak atas masalah keluarga atau kehidupan pribadi mereka.
Dapat menyebabkan anak merasa bersalah dan mengalami tekanan yang berat.
Melihat anak sebagai perpanjangan dari diri sendiri dan menuntut mereka untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan oleh orangtua, tanpa mempertimbangkan minat dan tujuan anak.
Hal ini bisa membuat anak merasa kehilangan identitasnya sendiri.
Orangtua yang menggunakan perasaan bersalah atau ancaman untuk mempengaruhi tindakan anak, mengorbankan kebutuhan dan kebahagiaan anak untuk kepentingan pribadi.
Baca Juga: Wajib Tahu Apa Saja Peran Keluarga dalam Mencegah Stunting, Salah Satunya Jaga Jarak Kelahiran
Hal ini dapat menyebabkan ketegangan hubungan dan kerentanan emosional pada anak.
Menjadi sadar akan perilaku yang tidak sehat dan toxic adalah langkah pertama dalam mengubahnya. Orangtua perlu mengenali pola perilaku mereka sendiri dan mencoba memahami akar dari kebiasaan-kebiasaan ini.
Orangtua perlu merefleksikan bagaimana kebiasaan toxic tersebut mempengaruhi anak mereka dan bagaimana mereka bisa memperbaikinya.
Introspeksi yang jujur akan membantu mereka menyadari bagaimana perilaku mereka berkontribusi terhadap dinamika keluarga.
Membangun pola komunikasi yang positif dan terbuka adalah kunci dalam hubungan orangtua-anak yang sehat. Dengarkan perasaan anak tanpa menghakimi dan hindari mengkritik atau menyalahkan. Berbicaralah dengan lembut dan hormati untuk mengatasi masalah dan konflik.
Cari tahu tentang metode pengasuhan yang lebih sehat dan positif seperti pendekatan "positive parenting" yang menekankan pada penguatan positif, penghargaan, dan dukungan yang membangun.
Tetapkan batasan yang jelas dan berlakukan konsekuensi yang sesuai ketika batasan tersebut dilanggar. Penting untuk tetap konsisten dalam menerapkan disiplin tanpa adanya preferensi atau perubahan aturan secara mendadak.
Semua orangtua memiliki momen di mana mereka bisa melangkah sedikit terlalu jauh atau melakukan kesalahan.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada orangtua yang sempurna, namun menyadari kebiasaan toxic dan berusaha untuk mengubahnya adalah langkah penting dalam membentuk hubungan yang sehat dan mendukung antara orangtua dan anak.
Orangtua dapat mencari dukungan dan bimbingan dari profesional atau kelompok dukungan orangtua jika merasa kesulitan dalam mengatasi kebiasaan toxic yang mungkin mereka miliki.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Cara Efektif Mencegah Kekerasan dalam Keluarga yang Berakibat Fatal pada Kesehatan Mental Anak
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR