Nakita.id - Indonesia masih termasuk dalam 5 negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.
Selain itu, 1 dari 3 anak Indonesia rentan menderita anemia.
Faktor penyebab anemia pada anak sendiri ada banyak, dan salah satunya adalah kurangnya asupan zat besi harian.
Penting untuk diketahui, zat besi bisa didapatkan salah satunya dari tablet tambah darah.
Lantas, perlukah anak minum tablet tambah darah untuk mencegah anemia? Simak penjelasan berikut ini.
Dr. dr. Luciana Sutanto MS, Sp.GK(K) menyebutkan bahwa anak terbagi menjadi beberapa kelompok.
Diantaranya kelompok anak sehat, kelompok anak yang 'sehat' tapi anemia, dan kelompok anak yang sudah anemia sehingga harus mendapatkan perawatan dari dokter.
"Kalau anak sudah jelas terkena anemia, sebaiknya segera ke dokter. Dokter akan memberikan suplemen zat besi yang dengan dosis terapi (dosis tinggi) untuk penyembuhan," kata. dr. Luciana menjelaskan saat ditanya Nakita di acara Media Gathering: Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju, Kamis (31/8/2023).
"Tapi, kalau anaknya sebenarnya baik-baik saja, enggak perlu enggak. Dosis kecil saja juga tidak masalah," ucap dr. Luciana dengan tegas.
Untuk dosis kecil yang dimaksud ini biasanya bisa ditemukan pada vitamin-vitamin yang ada di pasaran.
Selengkapnya, dr. Luciana merujuk pada anjuran yang telah disampaikan oleh IDAI.
Mengutip dokumen yang dikeluarkan IDAI, pada anak usia balita dan usia balita, suplementasi besi tanpa skrining diberikan jika prevalensi ADB (anemia defisiensi besi) lebih dari 40%.
Suplementasi besi dapat diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari (dapat sampai 30 mg/hari) selama 3 bulan.
Untuk informasi selengkapnya, Moms bisa cek tautan berikut.
Selain dari tablet tambah darah, makanan harian anak yang kurang akan zat besi khususnya dapat meningkatkan risiko anemia pada anak.
Ditambah, kurangnya konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang hanya mencapai 43% dibandingkan konsumsi protein nabati (57%).
Padahal faktanya, dr. Luciana menekankan bahwa kandungan zat besi dalam protein hewani lebih tinggi dibandingkan dalam protein nabati, yang sangat bagus untuk mencegah anemia pada anak.
"Saat asupan zat besi tidak tercukupi dalam makanan harian anak, maka dapat terjadi gangguan perkembangan kognitif atau otak, dan pertumbuhan anak, seperti salah satunya menurunnya kecerdasan, fungsi otak, serta fungsi motorik anak seperti mudah kelelahan.
Hal ini tentu tidak dapat dianggap enteng olah orangtua, apalagi di masa-masa sampai usia 5 tahun, dimana perkembangan otak anak masih berkembang pesat," ungkap dr. Luciana.
Sementara itu, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi mengatakan bahwa anemia tidak hanya berdampak negatif secara fisik, tapi juga terhadap kognitif dan psikologis anak.
"Dalam jangka pendek, secara kognitif anak cenderung kurang konsentrasi, tidak mudah menangkap dan mengingat, serta emosinya juga cenderung lebih negatif, lebih mudah sedih atau marah, dan rentan stres," ucap psikolog klinis anak dan keluarga yang akrab disapa Nina ini.
Menurut Nina, apabila anemia pada anak tidak segera ditangani, dalam tumbuh kembangnya dapat terhambat dalam jangka panjang.
Baca Juga: Gejala dan Penyebab Serta Pengobatan Anemia Pada Anak
Selain itu, prestasinya cenderung rendah dan tidak optimal, karena mengalami kesulitan dalam belajar.
"Hal tersebut disebabkan adanya gangguan fungsi dopaminergik pada otak sehingga anak mudah stres, yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku dan menyebabkan gangguan proses belajar," terang Nina.
"Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memastikan asupan nutrisi anak baik dan juga selalu melakukan stimulasi yang dibutuhkan oleh anak, juga menjaga hubungan yang hangat dengan anak," katanya menegaskan.
Maka dari itulah, pemahaman orangtua akan skrining anemia melalui pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) darah itu sangat penting dilakukan.
Ditambah, dengan pemahaman orangtua akan asupan nutrisi yang kaya akan zat besi dari protein hewani untuk mencegah anemia pada anak sejak dini.
Namun sayangnya, zat besi saja tidak cukup, sehingga dibutuhkan kombinasi antara zat besi dan vitamin C untuk memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
dr. Luciana bahkan menyarankan para orangtua untuk mempertimbangkan pemberian sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C, agar tumbuh kembang anak bisa berjalan maksimal.
Lebih lanjut, tumbuh kembang anak yang optimal dapat mendorongnya menjadi generasi maju untuk bangsa dan negara.
Dalam upaya pencegahan anemia, dari tahun ke tahun Danone Indonesia melalui SGM Eksplor telah menginisiasikan berbagai program edukasi berskala nasional dan telah menjangkau lebih dari 3,5 juta masyarakat.
Hal ini sesuai dengan visi Danone Indonesia yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak Indonesia dan mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan generasi emas Indonesia.
"Danone Indonesia melihat bahwa saat ini anak-anak Indonesia masih menghadapi tantangan kesehatan utama di Indonesia seperti stunting dan anemia, dimana keduanya berpotensi mengganggu kesehatan dan aspek kognitif anak hingga dewasa," ungkap Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK selaku Medical & Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia.
Baca Juga: Bukan Hanya Pucat, Berikut Gejala Thalasemia yang Wajib Diwaspadai
"Dengan komitmen membawa kesehatan melalui inovasi produk nutrisi ke sebanyak mungkin masyarakat Indonesia, Danone Indonesia terus melakukan berbagai inovasi produk bernutrisi tepat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, inisiatif dan edukasi untuk mendukung kebutuhan gizi anak-anak Indonesia sebagai bentuk upaya pencegah anemia khususnya pada anak," ujar dr. Ray.
Tahun ini, Danone Indonesia melalui SGM Eksplor menjalankan program baru bertajuk 'Bersama Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju'.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran para ibu di Indonesia tentang risiko anemia pada anak dibawah usia 5 tahun, serta pentingnya mengkonsumsi makanan tinggi zat besi dan vitamin C yang berasal dari protein hewani.
"Danone Indonesia juga berharap kedepannya lebih banyak pihak dari berbagai institusi, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, pihak swasta, masyarakat, maupun dari lingkungan terkecil yaitu keluarga yang dapat memberikan perhatian lebih dalam anemia terutama pada anak di bawah usia 5 tahun, untuk mendukung kemajuan anak Indonesia di masa depan," tutup dr. Ray.
Brand Manager SGM Eksplor Tanasha Suhandani juga menyampaikan, selama lebih dari 69 tahun, SGM Eksplor terus berkomitmen untuk mendukung tumbuh kembang maksimal anak Indonesia melalui penyediaan inovasi produk bernutrisi dan berbagai inisiatif.
"Salah satu inovasi SGM Eksplor untuk menjawab permasalahan anemia yang masih dihadapi anak Indonesia berusia dibawah 5 tahun di Indonesia adalah dengan menghadirkan inovasi satu-satunya produk yang mengandung IronC™.
Kombinasi unik zat besi & vitamin C yang teruji dapat bantu penyerapan secara maksimal hingga dua kali lipat, serta dilengkapi dengan nutrisi penting lainnya seperti DHA, minyak ikan tuna, omega 3&6, serta nutrisi penting lainnya," kata Tanasha menjelaskan.
Hadirnya inovasi SGM Eksplor ini dapat membantu mendukung anak agar tumbuh maksimal jadi Generasi Maju Indonesia dan cegah anemia.
Selain hadirnya inovasi ini, SGM Eksplor juga meluncurkan insiatif yang berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengedukasi melalui platform digital.
Diantaranya, website www.generasimaju.co.id yang dikunjungi hampir 10 juta ibu setiap tahunnya, dan layanan Careline SGM Eksplor yang terdiri dari para ahli terpercaya selama 24/7.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR