Salah satu contohnya adalah sindrom antifosfolipid, di mana sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang dapat merusak plasenta dan menghambat aliran darah ke janin.
Infeksi selama kehamilan, terutama infeksi pada saluran reproduksi seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi menular seksual (IMS), dapat meningkatkan risiko keguguran.
Bakteri atau virus yang masuk ke rahim dapat merusak janin atau plasenta.
Anomali struktural pada rahim, seperti septum rahim (sekat di dalam rahim), bisa membuat tempat implantasi embrio sulit.
Ini bisa menghambat pertumbuhan janin dan menyebabkan keguguran.
Gangguan hormonal dalam tubuh wanita, terutama masalah seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau disfungsi tiroid, dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menjaga kehamilan dengan baik.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba dapat meningkatkan risiko keguguran.
Juga, stres berkepanjangan atau pekerjaan berat dapat memiliki dampak negatif pada kehamilan.
Usia ibu juga dapat memainkan peran penting dalam risiko keguguran.
Wanita yang hamil di usia lebih tua, terutama di atas 35 tahun, cenderung memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi.
Kondisi berat badan yang ekstrem, baik kelebihan berat badan maupun kekurangan berat badan, dapat mengganggu hormon reproduksi dan mengarah ke keguguran.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR