Saat ini, diperkirakan total ribuan karya seni dari banyak seniman, termasuk keramik dari abad ke-10, dimiliki Bentara Budaya.
Koleksi tersebut disimpan secara rapi di ruang penyimpanan Bentara Budaya Art Gallery.
Transformasi Bentara Budaya
Bentara Budaya pertama kali didirikan di Yogyakarta pada 26 September 1982. Sejak saat itu, Bentara Budaya mulai dibangun di tempat lain, seperti Jakarta (1986) serta Bali dan Solo (2009).
Bentara Budaya menjadi ruang untuk memanggungkan beragam ekspresi seni dan kreasi, baik Nusantara maupun mancanegara, sekaligus memamerkan ribuan benda seni yang dihimpun pendiri Kompas, PK Ojong dan Jakob Oetama, serta tanda mata dari seniman.
Bentara Budaya kemudian mengembangkan Art Gallery modern di Menara Kompas. Desain galeri terinspirasi dari pohon badam (Prunus amygdalus) dengan cabang-cabang diagonal yang berbaris rapi. Sementara motif wastra, yakni batik kawung (Jawa Tengah-Yogyakarta), tenun Pandai Sikek (Sumatera Barat), dan tenun Maumere (Flores) di galeri mewakili daerah asal perintis Kompas Gramedia yang mencerminkan kemajemukan Indonesia.
Galeri seluas 492 meter persegi berbentuk ”U” ini berpusat pada lampu membran bulat menyerupai matahari sebagai simbol semangat.
Ruang di sayap kiri dan kanan dilengkapi sejumlah partisi portabel yang tersusun secara diagonal.
Sementara aspek pencahayaan memanfaatkan sistem special lighting asal Korea yang dapat diatur bentuk dan pendar cahayanya sehingga karya seni tampil optimal.
Adapun udara dikendalikan dengan sistem pendinginan sentral serta alat air dehumidifier untuk mengatur kelembaban atau relative humidity (RH) sesuai standar museum.
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Bentara Budaya Art Gallery, Rumah Baru bagi Karya Maestro Seni Rupa"
Baca Juga: HUT ke-60 Kompas Gramedia, Gelar KG Festival di Bentara Budaya Jakarta
GIV Gelar Kompetisi 'The Beauty of GIVing' Guna Dukung Perjalanan Inspiratif Womenpreneur Indonesia
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR