“Misalnya, kita bertengkar dengan pasangan, jangan lakukan kekerasan baik verbal maupun fisik.
Pun ketika sedang menegur atau marah pada anak, orangtua sebaiknya tidak memberikan hukuman atau tindakan yang mengarah pada kekerasan, seperti memukul atau menyentil. Itu yang paling utama,” jelas Cindy Linardi, M.Psi, Psi, CGA, Psikolog Klinis Anak dan Remaja RS Pondok Indah - Bintaro Jaya.
Kedua, pantau tontonan yang dikonsumsi anak setiap hari.
“Sekarang banyak sekali kartun yang isinya tidak cocok untuk anak-anak.
Jadi, pastikan orangtua tidak terlena dengan tampilan yang animasi atau kartun, kemudian pasti cocok dengan anak, itu belum tentu,” ujar Jane.
Orangtua perlu memastikan dengan menonton kartun tersebut terlebih dahulu, apakah sudah sesuai dengan usia anak.
Jika sudah sesuai, baru boleh diberikan kepada anak.
“Sebenarnya tidak ada yang spesifik. Tapi, pastikan ketika anak sedang marah atau baru saja melakukan tindakan kekerasan, orangtua tidak berteriak atau sambil mengancam. Itu sama saja orangtua melakukan kekerasan verbal,” ungkap Jane.
“Jadi, orangtua perlu berbicara dengan nada yang baik, menunjukkan empati, menunjukkan bahwa orangtua paham dan menerima emosi dan marah anak.
Sampaikan bahwa emosi dan marahnya tidak masalah, setiap orang sangat wajar mengalaminya, tapi yang tidak bisa diterima adalah tindakan kekerasannya,” ujar Jane.
“Jadi, anak belajar bahwa yang salah adalah tindakan kekerasannya dan bukan emosinya,” lanjutnya.
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR