"Dipanen dengan cara disedot keluar dari tubuh perempuan, kemudian dipertemukan dengan sperma suami setelah mencapai ukuran optimal," ungkap dr. Wisnu menerangkan.
Tahap yang ketiga adalah dilakukan trigger atau memberikan rangsangan supaya sel telur matang dan cukup siap untuk dipanen.
"Tapi dalam artian, dia (sel telur) tidak akan pecah di dalam tubuh," ujar dr. Wisnu.
"36 jam kemudian setelah dilakukan trigger tersebut, kita lakukan tindakan petik sel ovum atau ovum pick-up.
Kemudian, sel telur ini akan diproses atau diolah oleh rekan-rekan embriolog dengan cara dicuci dan dibersihkan sel telurnya," terang dokter obgyn ini.
Baru setelahnya, lanjut dr. Wisnu, adalah mempertemukan sel telur dengan sperma kemudian diinkubasi selama 3-5 hari.
Setelahnya, embrio tersebut akan dimasukkan kembali ke dalam rahim melalui proses yang disebut sebagai embryo transfer.
"Embryo transfer ini bisa dilakukan dalam satu siklus yang sama.
Kita bekukan dulu embrionya, lalu kita lakukan transfer di siklus-siklus berikutnya, yang bisa satu bulan, dua bulan, tiga bulan, atau beberapa tahun," kata dr. Wisnu menjelaskan.
Menurut dr. Wisnu, ada tiga faktor keberhasilan dalam suatu program bayi tabung.
Faktor pertama adalah kualitas dari embrio yang dihasilkan.
Baca Juga: Wah Apa Saja Beda Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan? Ini Jelasnya
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR