Nakita.id - Cukup banyak penyakit yang diawali dengan demam tinggi.
Tak sedikit pula disebabkan oleh penyakit yang cukup serius.
Karenanya, hanya dengan meminum obat penurun panas sering kali tak cukup.
Untuk itu, Moms perlu mengenali penyakit apa yang dialami si kecil dengan melihat pola dan jenis demamnya.
Ingat, lain demam, lain pula penyakitnya. Berikut 5 penyakit dengan gejala demam yang sering dialami anak:
1. DEMAM BERDARAH
Penyakit yang disebabkan virus dengue ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk ini bertelur dan berkembang biak pada genangan air jernih dan bersih.
Seperti di bak mandi, jambangan bunga, tempayan, dan wadah cekung sebagainya.
Juga, paling sering hinggap di baju-baju tergantung, tempat gelap seperti kolong tempat tidur, atau di toilet.
Di luar rumah, hidupnya di tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari, seperti di kebun atau halaman rumah.
Radius terbangnya kurang lebih 50—100 meter di sekitar rumah.
Waspadai Gejala DBD dari Hari ke Hari
- Hari ke-1:
Mula-mula timbul demam tinggi mendadak, sekitar 40°C atau lebih. Badan lemas dan lesu. Biasanya demam tidak begitu mudah turun meski sudah minum obat penurun demam.
- Hari ke-2 atau ke-3:
Sering kali ditemukan bintik-bintik merah di kulit muka, lengan, paha, perut atau dada.
Bintik ini disebut petekie, yang sebenarnya akibat perdarahan kecil di pembuluh darah halus (kapiler).
Kadang bintik-bintik merah ini hanya sedikit sehingga perlu pemeriksaan yang teliti. Mirip dengan bekas gigitan nyamuk biasa.
Cara membedakannya, bekas gigitan nyamuk biasa akan hilang dengan meregangkan kulit.
Dalam kondisi agak berat dapat terjadi perdarahan, bisa dari hidung (mimisan), mulut atau gusi.
Bahkan, dapat pula terjadi buang air besar bercampur darah.
Pada anak yang sudah menstruasi, juga dapat terjadi menstruasi di luar jadwalnya.
Baca Juga: Moms Perlu Waspada! Demam Tinggi Gejala Umum Penyakit Kawasaki
- Hari ke-4 sampai ke-7:
Ini masa kritis penyakit DBD. Demam menghilang namun justru kondisi anak menurun. Trombosit pun semakin turun secara drastis.
Sering ditemukan anak mengeluh perutnya kembung dan nyeri hebat, serta tidak dapat minum apalagi makan.
Bila keadaan menjadi parah, penderita gelisah, berkeringat banyak, ujung-ujung tangan dan kaki dingin (ini disebut kondisi pre-shock).
Ini terjadi karena aliran dan tekanan darah mengalami gangguan dan terjadi kolaps pembuluh darah.
Jika pre-shock berlanjut, penderita dapat mengalami shock (lemah tak berdaya, kesadaran menurun, denyut nadi cepat atau sukar diraba).
Bila tak segera ditolong, umumnya diikuti dengan gangguan pembekuan darah sehingga terjadi muntah darah atau BAB dengan tinja hitam seperti aspel/ter sebagai tanda telah terjadi perdarahan berat di saluran cerna.
Hal ini merupakan kondisi yang sangat berat dan sering berakibat fatal.
Segera ke Dokter Jika
Baca Juga: Demam Berdarah tengah Mewabah, 4 Makanan Ini Percepat Pemulihannya!
- Panas badan anak tak kunjung turun selama 3 hari dan lakukan tes darah.
- Jangan tunggu sampai 2-3 hari, bila anak mengalami demam tinggi dan tak kunjung turun, baik disertai gejala lain (seperti lemas dan lesu, pusing) ataupun tidak.
Positif DBD Jika
Dari hasil laboratorium menunjukkan kadar trombosit dalam darah di bawah 100.000. Sementara kadar trombosit yang normal berkisar antara 150.000—440.000/mm³.
Selain itu, pada penderita DBD, hemoglobin (Hb) dan hematokritnya (volume darah) meningkat karena pengentalan darah.
Demam yang harus dicurigai adalah demam akut yang tiba-tiba tinggi mencapai 39 atau 40°C. Pemeriksaan darah dilakukan setelah 3 hari demam tinggi tak kunjung turun.
Mengapa positif atau tidak DBD baru bisa diketahui setelah 3 hari demam tinggi?
Itu karena virus dengue ada dalam aliran darah selama 3 hari pertama setelah ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Dengan demikian, pada hari pertama sampai ketiga, belum akan terlihat penurunan jumlah trombosit atau kebocoran pembuluh darah.
Namun, saat ini juga sudah ada pemeriksaan darah yang mampu mendeteksi adanya virus dengue yang masuk dalam tubuh sejak demam hari pertama, yaitu yang sering disebut pemeriksaan NS-1.
Dengan pemeriksaan darah, juga bisa diketahui status DBD-nya sudah sampai tahap apa.
Pemeriksaan darah yang terlambat bisa memunculkan dampak yang cukup fatal.
Sebab, saat penyakit tak terdeteksi, boleh jadi sudah berlangsung perdarahan di organ-organ dalam.
Kalau sudah begini, pasien ada dalam keadaan syok dan kemungkinan besar sulit ditolong.
Melalui pemeriksaan darah juga bisa dipastikan penanganannya, apakah perlu meningkatkan jumlah cairan infuse yang diberikan atau, apakah diperlukan transfusi darah, baik itu sel darah merah, plasma, ataupun trombosit.
Dokter pun bisa memutuskan, apakah pasien sudah memerlukan perawatan rumah sakit, perawatan di ruang intensif, atau cukup dirawat di rumah.
Baca Juga: Anak Angel Lelga Terserang Tifus, Makan Buah Ini Dapat Percepat Penyembuhan Tifus
Penderita Dinyatakan Sembuh Jika
- Sudah tidak demam alias suhu tubuh sudah normal, sekitar 36,5—37°C selama lebih dari dua hari.
Umumnya, penurunan suhu berlangsung secara bertahap, tidak drastis. Kendati sudah diperbolehkan pulang, dokter dan orangtua tetap harus waspada.
Sebab, dinginnya tubuh penderita bisa jadi karena syok yang beberapa saat kemudian suhu tubuh justru akan mengalami lonjakan atau kembali meninggi.
- Kadar trombosit sudah meningkat dua kali berturut-turut dan melampaui angka 50.000/mm3.
Namun, anak tetap harus menjalani masa pemulihan saat di rumah agar kadar trombositnya kembali normal atau mencapai sekitar 150.000/mm3.
Dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi dan kaya vitamin, seperti jus jambu biji yang memiliki kandungan vitamin C 3—4 kali lipat dibanding jeruk.
- Terlihat tidak terlalu lemas. Untuk mempertahankan kondisi, beri anak banyak cairan dan jus.
- Nafsu makan membaik. Berikan makanan bergizi seimbang secara beragam dan bervariasi untuk memenuhi kecukupan gizi anak.
- Tidak mengalami perdarahan lagi, baik berupa mimisan, muntah darah atau pun BAB disertai darah dan sejenisnya.
- Infus sudah dilepas. Ini menandakan anak tak memerlukan lagi tambahan cairan dari luar.
Baca Juga: Waspada Demam Tinggi pada Si Kecil, Berisiko Alami Kerusakan Otak
- Tidak mengalami sesak napas.
- Sudah menjalani perawatan di RS minimal 3 hari sejak mengalami syok. Jika tidak mengalami syok, biasanya cukup dirawat 24—48 jam saja (selama fase kritis yang berlangsung pada hari ke-4—5 saja). Bagi pasien DB yang berat sebaiknya menjalani perawatan di rumah sakit minimal 7 hari.
Penting Diperhatikan
Setelah diberi obat penurun panas, demam si Kecil turun, Moms jangan langsung senang, apalagi sampai menurunkan kewaspadaan.
Sebab, bisa saja gejala perdarahan di dalam tubuh terus berlanjut. Apalagi, syok sering disertai dengan turunnya panas.
Tanda-tanda syok biasanya diawali dengan panas turun tetapi anak bertambah lemas, ujung kaki atau tangan dingin, dan denyut jantung bertambah cepat namun nadi lebih lemah terabanya.
Serangan DBD tak selalu menimbulkan bintik-bintik merah di kulit.
Bila pecahnya pembuluh darah tak terjadi dekat kulit, tetapi di organ bagian dalam seperti di saluran cerna, paru-paru, ginjal, hati, atau organ lainnya, maka bintik-bintik merahnya tak akan terlihat.
Tak semua pasien DBD butuh perawatan inap di RS. Asalkan trombosit masih di atas 100.000/mm³, hitungan trombositnya bisa dipantau berulang setiap 12 jam sekali, masih demam hari pertama sampai ketiga, serta dapat makan minum dengan baik, maka anak masih dapat dirawat di rumah.
Pasien DBD harus mendapatkan cairan pengganti plasma darah.
Bila kadar trombosit masih di atas 100.000/mm³ dan kebocoran plasma tidak hebat, cairan dapat diberikan per oral berupa minuman.
Jika trombosit kurang dari 100.000/mm³ dan kebocoran plasma cukup berat harus diberikan cairan lewat infus.
Jika penderita mengalami syok, harus dirawat di ruang intensif.
Bila kadar trombosit menurun drastis, tidak berarti harus dilakukan transfusi trombosit. Umumnya memang penderita DBD tidak memerlukan trombosit meskipun terjadi penurunan trombosit.
Namun, dalam kondisi terjadi perdarahan yang bermakna dan trombosit mencapai kurang dari 20.000/mm3, maka transfusi darah dipertimbangkan.
Selama dirawat, penderita DBD dilarang mengonsumsi makanan/minuman yang bisa menyebabkan rangsangan pada lambung, seperti soft drink dan makanan berbumbu tajam seperti pedas dan asam.
Meski sudah dinyatakan sembuh, pasien dianjurkan beristirahat total beberapa hari agar bisa cepat pulih.
2. DEMAM TIFOID
Penyakit ini kerap disebut tifus oleh masyarakat awam. Meskipun kalau secara kedokteran, sebenarnya yang disebut tifus berbeda dengan demam tifoid.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk, seperti lingkungan kumuh serta makanan dan minuman yang tidak higienis. B
Bakteri masuk ke tubuh melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
Demam pada tifus datang perlahan. Di siang hari penderita bisa terlihat segar namun di sore dan malam muncul demam.
Suhu tubuh di hari pertama bisa saja hanya menunjukkan 36—37°C, namun makin hari semakin tinggi.
Pada hari ke-3 atau ke-4, anak baru terlihat sakit karena setelah 24—72 jam kuman telah mencapai organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang dan ginjal.
Di hari ke-7 suhu tubuh bisa mencapai 40°C. Kecurigaan yang paling sering, bila ada gejala demam tinggi hingga menggigil di sore dan malam hari, tetapi cenderung tidak demam di pagi dan siang hari.
Baca Juga: Duh! Anak Sakit Tipes? Ini Penanganan dan Pencegahan Demam Tifoid
Gejala lain yang menyertainya adalah: lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah, biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
Anak mengalami mual berat sampai muntah, diare atau mencret (namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi/sulit buang air besar), lemas, dan pusing.
SEGERA KE DOKTER BILA:
- Demam > 39°C.
- Muntah atau diare hingga kekurangan cairan/dehidrasi.
- Perut terasa nyeri dan tidak dapat menerima asupan.
- Lemah dan kesadaran menurun.
3. DEMAM FLU SINGAPURA
Istilah kedokterannya, HFMD atau Hand Foot Mouth Disease (penyakit kaki-tangan-mulut/KTM).
Sebenarnya gejala penyakit ini tidak menyerupai penyakit flu dan juga tak ada hubungan dengan negara Singapura.
Jarang menyerang orang dewasa, lebih banyak menyerang bayi dan balita dengan rentang usia 2 minggu hingga 5 tahun, meski tak jarang menyerang anak usia 10 tahun.
Penyakit ini paling sering disebabkan oleh virus Coxsackie A16 dan Enterovirus 71.
Gejalanya diawali dengan demam tidak tinggi selama 2—3 hari, kemudian diikuti sakit leher, sulit makan atau enggan menyusu ASI, pilek.
Selanjutnya, timbul vesikel (lepuh kemerahan) pada beberapa bagian tubuh, kemudian pecah.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan yang tidak gatal di telapak tangan dan kaki. Kadang rash/ruam ada di bokong.
Ada pun penularan terjadi melalui dua cara.
Pertama, melalui kontak langsung dengan penderita. Medianya yaitu droplet.
Jadi, saat penderita bersin, bernapas, batuk, maupun pilek, virus itu langsung terisap dan menyebabkan anak lain sakit.
Kedua, melalui barang, mainan, peralatan makan, pakaian, dan barang lainnya yang terkontaminasi oleh lendir yang sudah terkontaminasi virus flu singapura.
Segera Ke Dokter Bila Anak:
- Demam > 39°C.
- Demam yang terjadi tidak turun-turun.
- Denyut jantung cepat.
- Sesak.
- Nyeri pada leher, lengan, dan kaki.
- Kejang.
- Tidak mau makan atau menyusu ASI.
- Muntah atau diare hingga kekurangan cairan/dehidrasi.
- Lemah dan kesadaran menurun.
4. DEMAM TUBERKULOSIS
Penyakit TB (tuberkulosis) menular ke anak melalui percikan dahak (droplet) orang dewasa penderita TB aktif yang keluar saat batuk, bicara, bersin ataupun bernyanyi.
Namun, TB pada anak berbeda dari orang dewasa.
Pada orang dewasa penderita aktif TB, dahaknya banyak mengandung kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab TB.
Sedangkan anak yang menderita TB, dahaknya amat sangat sedikit mengandung kuman tersebut.
Itulah mengapa, untuk menegakkan diagnosis TB pada dewasa digunakan pemeriksaan dahak sedangkan pada anak dilakukan uji tuberkulin.
Gejala TB pada dewasa dan anak juga berbeda.
Jika gejala utama TB pada orang dewasa adalah batuk lama lebih dari 3 minggu, maka gejala TB anak sangat tidak spesifik.
Diawali dengan demam yang tidak terlalu tinggi, berlangsung lama (lebih dari 7 hari) dan biasanya lebih terasa di malam hari, diikuti dengan berat badan yang cenderung menurun atau tidak bertambah dari waktu ke waktu, malnutrisi, diare kronik, lesu dan kurang aktif.
Baca Juga: Fitri Tropica Akhirnya Hamil Setelah Lawan TBC Kelenjar, Apakah TBC Berakibat Susah Hamil?
Anak yang sudah lebih besar juga mengalami batuk kronis berulang (lebih dari tiga minggu) dan terdapat tanda lain pada tubuh, seperti pembesaran kelenjar getah bening di leher, benjolan pada tulang belakang, dan flychten conjuctivitis (gangguan pada mata).
Bila ditelusuri lebih jauh, ada riwayat kontak erat dengan orang dewasa yang menderita TB.
Periksakan Anak ke Dokter Bila:
- Demam lebih dari tiga hari.
- Tidak berselera makan.
5. DEMAM CACAR AIR (CHICKEN POX)
Nah, jika si Kecil demam di musim pancaroba seperti sekarang ini, Moms memang musti ekstra waspada.
Karena, penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela zooster ini, biasanya mewabah di setiap pergantian musim, baik dari musim hujan ke kemarau ataupun sebaliknya.
Ini karena saat pergantian musim, kelembapan udara lebih tinggi sehingga memungkinkan virus berkembang biak dengan subur.
Penularan terjadi melalui percikan udara dari sekresi lendir, batuk maupun bersin.
Diawali dengan demam yang tak terlalu tinggi, kemudian muncul bercak merah berbintil kecil (vesikel) berisi air jernih. Ini masa yang paling menular.
Jika terjadi kontak langsung pada lesi/bintil berisi cairan, penularan pun terjadi.
Biasanya bercak-bercak muncul dari daerah tubuh (punggung atau perut), lalu menjalar ke seluruh tubuh.
Dalam waktu 24 jam, bercak-bercak tersebut akan berubah menjadi keruh dan lama kelamaan menjadi keropeng. Setelah berubah warna jadi hitam, maka tak menular lagi.
Umumnya, cacar air bisa sembuh sendiri dalam waktu seminggu apabila daya tahan tubuh bagus dan sanggup melawan serangan virus, serta tidak ada komplikasi infeksi lainnya.
Baca Juga: Bekas Cacar Air Pada Si Kecil Tak Kunjung Hilang? Hilangkan dengan 4 Bahan Alami Ini
Tapi, demi mencegah cacarnya meluas sampai ke seluruh tubuh, baiknya anak segera diperiksakan ke dokter, yakni ketika awal muncul bercak-bercak merah.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi cacar air yang dapat diberikan sejak usia di atas 1 tahun.
Oleh: Julie Erikania, Saeful Imam, Santi Hartono
Konsultan Ahli:
dr. Martinus M. Leman, DTMH, SpA
Siloam Hospitals TB Simatupang Jakarta Selatan
KOMENTAR