Nakita.id - Apakah bayi akhir-akhir ini GTM karena trauma makan?
Trauma makan pada bayi tentu menjadi sesuatu yang harus Moms khawatirkan selama pemberian MPASI.
Pasalnya, bayi dengan trauma makan tentu dapat berdampak pada kebiasaan makannya ketika beranjak dewasa.
Diantaranya seperti menjadi seorang picky eater hingga mengalami gangguan makan.
Bahkan, mengalami malnutrisi atau obesitas sedari kecil.
Ini tentu dapat menghambat tumbuh kembangnya sejak dini, baik secara fisik, kognitif, psikologis, hingga sosialnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi bisa GTM akibat trauma makan.
Melansir PACES and Nourishment, berikut ini faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Seperti yang mungkin Moms ketahui, anak-anak memiliki sensitivitas yang lebih tinggi pada rasa, sentuhan, bau, penglihatan, dan lain-lain dibandingkan orang dewasa.
Maka, tak heran apabila bayi tiba-tiba jadi lebih pemilih dalam makanan yang akan dikonsumsinya.
Mulai dari aroma makanannya yang menyengat, rasanya yang tidak sesuai selera, tekstur makanan yang kurang disukai, dan masih banyak lagi.
Memaksanya tentu akan membuat bayi menjadi semakin menolak makanan yang akan disantapnya.
Sehingga kedepannya, bayi mungkin tidak akan mau makan makanan yang benar-benar tidak disukainya meski tinggi akan nutrisi yang seharusnya dibutuhkan.
Sebagai orangtua, Moms bisa berhenti memberikan makanan yang tidak disukai bayi untuk sementara waktu. Setidaknya dua minggu.
Baru kemudian, Moms dapat kembali mengenalkan makanan tersebut kepadanya.
Alternatif lainnya adalah mencoba mengolah makanan yang tidak disukai bayi menjadi makanan yang dapat mengundang nafsu makannya.
Selama pemberian MPASI, terkadang ada saja masalah yang Moms kerap hadapi.
Mulai dari mual, muntah-muntah, tersedak, dan masih banyak lagi.
Pada akhirnya, bayi akan melakukan GTM untuk seakan-akan memberi sinyal pada orangtuanya bahwa dirinya trauma makan.
Ini bisa jadi disebabkan oleh penerapan feeding style yang salah, dimana Moms mungkin memaksa bayi untuk menghabiskan makanannya meski tidak suka.
Atau, merendah-rendahkan bayi yang tidak menghabiskan atau tidak menyukai makanan yang disantapnya.
Atau bahkan, bayi yang makannya berantakan dan tidak seperti orang dewasa pada umumnya.
Tentunya ini membuat bayi merasa tertekan ketika waktu makan tiba, dan ini akan terus terbawa sampai dewasa.
Sebab, bayi sudah memiliki memori yang membuatnya trauma saat makan.
Oleh karenanya, Moms perlu mempelajari lagi bagaimana feeding style yang tepat untuk diterapkan selama pemberian MPASI.
Selain membentuk kebiasaan makannya, bayi juga dapat belajar bagaimana cara makan yang rapi dan tidak berantakan seiring usia.
Sampai saat ini, masih banyak orang yang percaya dengan beredarnya mitos-mitos, termasuk mengenai makanan.
Moms mungkin memiliki kepercayaan bahwa ada makanan baik dan buruk untuk dikonsumsi, dan itu disampaikan secara turun-temurun.
Namun sayangnya, hal ini justru dapat menghambat bayi untuk mengeksplor makanan baru.
Bahkan, dapat membuat bayi kekurangan asupan nutrisi yang seharusnya didapatkan.
Jika ragu dengan mitos tersebut, Moms bisa konsultasikan ke dokter anak atau dokter gizi mengenai kandungan nutrisinya untuk tumbuh kembang bayi.
Tetap kenalkan juga makanan-makanan yang ada di sekitar kepada bayi, agar bayi semakin terekspos dengan rasa-rasa baru.
Itulah ketiga faktor penyebab bayi GTM karena trauma makan. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Baru Mulai MPASI Tapi Sudah GTM, Kenali Penyebab dan Cara Menanganinya
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR