Nakita.id - Proses nifas, atau puerperium, adalah fase pasca melahirkan yang mencakup waktu sekitar enam minggu setelah kelahiran bayi.
Saat ini, tubuh ibu mengalami berbagai perubahan untuk kembali ke kondisi normal sebelum kehamilan.
Namun, terkadang ada kasus di mana nifas tidak berjalan sesuai rencana dan tidak berhenti seperti yang diharapkan.
Artikel ini akan membahas beberapa penyebab umum mengapa nifas tidak berhenti setelah melahirkan dan cara mengatasi masalah tersebut.
Salah satu penyebab utama nifas yang tidak berhenti adalah retensi sisa plasenta.
Ini terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta tertinggal di dalam rahim setelah melahirkan.
Retensi sisa plasenta dapat menghambat kontraksi rahim dan mengganggu proses penyembuhan.
Untuk mengatasi masalah ini, seringkali diperlukan intervensi medis seperti pengangkatan sisa plasenta melalui prosedur bedah.
Infeksi rahim atau endometritis adalah kondisi di mana lapisan dalam rahim mengalami peradangan akibat infeksi bakteri.
Infeksi ini dapat terjadi setelah melahirkan, terutama jika ada luka atau lecet pada jalan lahir.
Endometritis dapat mempengaruhi proses penyembuhan dan menyebabkan perdarahan yang berlebihan.
Baca Juga: Biaya Pemeriksaan Ibu Nifas, Kenali Pentingnya Perawatan Setelah Melahirkan
Pengobatan endometritis melibatkan pemberian antibiotik dan perawatan medis lainnya.
Selain retensi sisa plasenta, retensi sisa darah juga dapat menjadi penyebab nifas yang tidak berhenti.
Jika terdapat bekuan darah yang tertinggal di dalam rahim, ini dapat menghambat proses penyembuhan dan menyebabkan perdarahan yang berkepanjangan.
Tindakan medis seperti pembersihan rahim atau curettage mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Atonia uteri adalah kondisi di mana otot-otot rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik setelah melahirkan.
Hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan karena tidak ada kontraksi yang memadai untuk menutupi pembuluh darah yang terbuka setelah plasenta dilepaskan.
Menggunakan obat-obatan yang merangsang kontraksi rahim atau, dalam kasus yang parah, melakukan tindakan bedah seperti pengikatan atau penjahitan rahim mungkin diperlukan.
Kelainan pembekuan darah, seperti koagulopati, dapat memengaruhi kemampuan darah untuk membeku dengan baik.
Ini dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan.
Pada beberapa kasus, penggunaan obat-obatan pembekuan darah atau tindakan medis seperti transfusi darah dapat diperlukan untuk mengatasi kelainan ini.
Peradangan pada jaringan lunak di sekitar rahim atau perineum juga dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan selama nifas.
Baca Juga: Keluarga Sehat Anak Berprestasi, Ketahui Bahaya Nyeri saat Nifas yang Harus Diperhatikan Sejak Dini
Perawatan peradangan ini dapat melibatkan penggunaan obat antiinflamasi atau terapi fisik, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan peradangan.
Nifas yang tidak berhenti setelah melahirkan bisa menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian medis segera.
Penting untuk memahami penyebab potensialnya dan mencari bantuan medis jika nifas terus berlanjut atau menjadi lebih berat.
Dengan perawatan yang tepat, sebagian besar masalah nifas dapat diatasi, dan ibu dapat pulih sepenuhnya untuk merawat dirinya dan bayinya dengan baik.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Pantangan Ibu Saat Nifas, Mitos vs Fakta Mulai dari Makanan hingga Hubungan Seksual
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR