“Karena tidak menemukan buku cerita bertemakan adopsi waktu itu (tahun 2005), saya memesan beberapa buku cerita tentang adopsi dari luar negeri,” ungkap Tasya.
“Itulah yang mendorong aku juga untuk menulis buku cerita anak (tentang adopsi), karena minimnya buku cerita tersebut yang ada di Indonesia,” tambahnya menyampaikan.
Selain itu, ibu satu anak ini juga membuat buku cerita tentang adopsi yang berjudul Ketika Aku Diadopsi yang diterbitkan oleh Erlangga for Kids pada tahun 2008.
“Tujuannya sebagai media agar membantu para orang tua yang memiliki anak adopsi untuk dapat membaca bersama dan mendiskusikan hal tersebut dengan media buku tersebut,” katanya menjelaskan.
Tasya kemudian melanjutkan, ketika membacakan buku cerita anak tersebut tujuannya adalah bukan membuat anak langsung mengerti.
Melainkan sebagai tahap awal dengan tujuan mensosialisasikan, membiasakan, atau mengkondisikan agar anaknya terbiasa mendengar kata ‘adopsi’ dan tidak aneh dengan kata tersebut.
“Juga, memberikan muatan positif terhadap kata ‘adopsi’ tersebut,” tambahnya.
“Itu (adopsi) bukan kata yang aib. Itu sebuah proses pembentukan keluarga dan itu baik-baik saja,” katanya menekankan.
Selain melalui buku cerita, ibu satu anak ini juga mengenalkan adopsi melalui film Tarzan keluaran Walt Disney Studios Motion Pictures tahun 1999.
“Anak saya kerap tertawa ketika saya bercerita tentang bagaimana Tarzan diadopsi oleh Kala, sang bunda gorila,” ceritanya.
“Sambil menonton, saya menerangkan walau Tarzan bukan gorila, Kala sangat sayang pada Tarzan dan selalu merindukannya. Demikian pula sebaliknya,” lanjutnya menceritakan.
Baca Juga: Anak Adopsi Kerap Mempertanyakan Identitas Asal Usulnya, Seperti Ini Tanda-tandanya
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR