Selain film Tarzan, Tasya juga menayangkan film-film bertemakan adopsi atau film yang memiliki ragam bentuk keluarga lainnya seperti Finding Nemo (2003) dimana anaknya hanya tinggal bersama sang ayah, The Lion King (1994) dimana anak singa sempat tinggal sendiri terpisah dari ayah dan ibunya, serta Kung Fu Panda (2008) dimana panda diadopsi oleh ayah bangau.
“Film-film ini membantu saya menerangkan bahwa hidup begitu beragam, dan salah satunya adalah kisah anak saya yang diadopsi oleh saya sendiri,” ujar ibu yang hobi hiking ini.
“Saya selalu menceritakannya dengan suasana santai, nyaman, dan tidak ada momen spesial yang dipersiapkan.
Tujuannya untuk tidak membuat topik ini terasa tegang, mengkhawatirkan atau bahkan memalukan. Adopsi adalah baik, membahagiakan, dan sebuah kisah cinta karena mempertemukan jiwa-jiwa yang penuh cinta,” lanjutnya menyampaikan.
Selain membacakan buku cerita anak dan menayangkan film, Tasya juga membiasakan anaknya untuk pergi ke panti asuhan, tempat sebelumnya tinggal, secara rutin.
Seperti, mengenalkannya kepada pengasuh-pengasuh di panti asuhannya, menceritakan di mana pertama kali bertemu, dan lain-lain.
Semuanya dilakukan secara terbuka dan tidak ditutup-tutupi. Bahkan, Tasya dan suami siap menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut anaknya itu.
“Saya selalu berusaha membicarakan ini dalam kondisi yang sangat santai, tidak tegang dan tidak ada momen khusus,” ungkapnya.
Selain itu, ketika hendak beristirahat di malam hari, di setiap menutup cerita, dirinya selalu menekankan bahwa yang terpenting adalah ia dan suami sangat mencintai anaknya.
“Meski statusnya adopsi, anak saya tidak perlu khawatir bahwa suatu saat nanti saya akan berhenti menjadi bundanya,” tuturnya.
“Saya juga senantiasa mengajak anak saya untuk mendoakan bunda yang melahirkannya, dan semoga kelak bisa bertemu,” tutupnya.
Baca Juga: Mengenal Proses Adopsi Anak: Pengertian, Prinsip, Dasar Hukum dan Persyaratan yang Wajib Disiapkan
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR