Asupan Gizi Selama Kehamilan: Ibu hamil yang kurang asupan gizi berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan salah satu indikator risiko stunting.
Riwayat Kesehatan Ibu: Penyakit kronis pada ibu atau infeksi selama kehamilan juga dapat memengaruhi pertumbuhan janin.
Pemeriksaan kesehatan rutin selama kehamilan (antenatal care) dan setelah kelahiran (postnatal care) sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda awal stunting.
USG Selama Kehamilan: Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat membantu mengidentifikasi pertumbuhan janin yang lambat.
Pemantauan Pertumbuhan Setelah Lahir: Pemantauan rutin pertumbuhan bayi, termasuk pengukuran panjang badan dan berat badan, harus dilakukan pada kunjungan posyandu atau klinik kesehatan.
Mengukur lingkar kepala bayi baru lahir dapat memberikan indikasi tentang perkembangan otak dan pertumbuhan keseluruhan.
Lingkar kepala yang kecil atau tidak sesuai dengan usia gestasi mungkin menandakan adanya masalah pertumbuhan.
Pemeriksaan kesehatan yang komprehensif pada bayi baru lahir dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda risiko stunting, seperti:
Kondisi Kulit: Kulit yang kering atau kusam dapat menjadi indikasi kurangnya nutrisi.
Tonus Otot: Bayi dengan tonus otot yang lemah mungkin mengalami masalah pertumbuhan.
Refleks Bayi: Refleks yang lemah atau tidak ada bisa menjadi tanda masalah perkembangan.
Baca Juga: Penanganan Terhadap Anak Stunting Bisa Dimulai dari Mana? Ini Jawabannya
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR