Nakita.id - Stunting, yang mengacu pada kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, menjadi ancaman serius bagi perkembangan individu dan juga bagi kemajuan suatu negara.
Anak-anak yang mengalami stunting biasanya memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari rata-rata usia mereka dan mengalami keterlambatan perkembangan fisik maupun kognitif.
Dampak dari stunting ini tidak hanya berpengaruh pada kehidupan individu, tetapi juga memiliki implikasi besar bagi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial suatu bangsa, mengutip dari berbagai sumber.
Stunting berdampak langsung pada perkembangan otak anak, yang dapat mengakibatkan keterlambatan kognitif dan kesulitan belajar.
Anak-anak yang mengalami stunting berisiko memiliki performa akademik yang rendah, sehingga kemampuan mereka untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja di masa depan pun terbatas.
Hal ini mengurangi jumlah sumber daya manusia berkualitas yang sangat dibutuhkan oleh negara untuk mendorong kemajuan teknologi dan inovasi.
Kurangnya tenaga kerja berkualitas dapat menurunkan produktivitas nasional dan memperlambat laju perkembangan ekonomi suatu negara.
Ini juga dapat memperlebar kesenjangan sosial dan meningkatkan angka kemiskinan.
Anak yang mengalami stunting tidak hanya berisiko memiliki kecerdasan yang lebih rendah, tetapi juga daya tahan fisik yang lebih lemah.
Hal ini akan mempengaruhi produktivitas mereka saat dewasa, baik di sektor formal maupun informal.
Penurunan produktivitas secara kolektif dapat berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi negara.
Baca Juga: Alasan Mengapa Stunting Lebih Banyak Terjadi di Negara Berkembang dan Negara Kurang Maju
Studi menunjukkan bahwa negara-negara dengan prevalensi stunting yang tinggi dapat kehilangan sekitar 3% hingga 11% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka akibat penurunan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh stunting.
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung lebih rentan terhadap penyakit menular dan non-menular, serta gangguan kesehatan lainnya.
Hal ini membuat mereka lebih sering membutuhkan perawatan medis yang berkelanjutan.
Di tingkat negara, tingginya prevalensi stunting akan meningkatkan beban biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pemerintah.
Meningkatnya biaya perawatan kesehatan ini dapat menguras anggaran negara yang seharusnya bisa dialokasikan untuk program-program pembangunan lain, seperti pendidikan, infrastruktur, atau kesejahteraan sosial.
Stunting menghambat perkembangan anak sejak dini, yang berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan dan pelatihan yang dapat mereka terima di kemudian hari.
Negara-negara yang memiliki prevalensi stunting yang tinggi cenderung mengalami keterlambatan dalam pencapaian target pembangunan manusia, seperti tujuan pendidikan universal dan peningkatan literasi.
Rendahnya tingkat pendidikan generasi muda akan membatasi kapasitas mereka untuk mengadopsi teknologi baru dan berinovasi, sehingga mengurangi daya saing global suatu negara.
Anak adalah masa depan bangsa.
Jika stunting tidak segera ditangani, negara akan kehilangan potensi dari generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung pembangunan di masa mendatang.
Memberikan perhatian khusus pada pencegahan dan penanggulangan stunting adalah investasi jangka panjang yang akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Baca Juga: Langkah Tepat Menanggulangi Stunting Sejak Hamil Dimulai dengan Cara Ini
Stunting sering kali terjadi pada kelompok masyarakat yang kurang mampu atau yang hidup dalam kondisi kurang sehat.
Jika tidak segera diatasi, stunting dapat memperburuk kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat.
Anak-anak dari kelompok ini akan semakin sulit untuk bersaing dengan anak-anak dari keluarga yang lebih sejahtera, memperlebar kesenjangan pendidikan, ekonomi, dan akses terhadap layanan kesehatan.
Negara dengan angka stunting yang rendah memiliki keunggulan dalam menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif dan berdaya saing.
Anak-anak yang tumbuh dengan gizi cukup dan tanpa stunting akan memiliki potensi intelektual dan fisik yang maksimal, sehingga mereka dapat berkontribusi lebih besar terhadap ekonomi dan inovasi negara.
Salah satu penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi yang cukup, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan anak (dari kehamilan hingga usia 2 tahun).
Pemerintah perlu meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan bergizi melalui program subsidi pangan, bantuan nutrisi, dan edukasi gizi yang tepat bagi ibu hamil dan ibu menyusui.
Memperkuat layanan kesehatan di tingkat dasar, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak, sangat penting dalam mencegah stunting.
Layanan kesehatan yang mudah diakses dan berkualitas tinggi akan memastikan ibu dan anak menerima perawatan yang diperlukan untuk mencegah kekurangan gizi dan penyakit lainnya.
Edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang dan perawatan kesehatan selama masa kehamilan dan setelah kelahiran perlu diperluas, terutama di kalangan masyarakat pedesaan dan daerah dengan prevalensi stunting yang tinggi.
Kampanye edukasi ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM, dan sektor swasta.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Inilah Alasan Mengapa Stunting Harus Ditangani dengan Cepat
Penanganan stunting membutuhkan pendekatan holistik dan kerjasama antar sektor, termasuk sektor kesehatan, pendidikan, dan sosial-ekonomi.
Pemerintah harus bekerja sama dengan berbagai stakeholder untuk memastikan bahwa program-program pencegahan stunting berjalan secara efektif dan efisien.
Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah pembangunan yang serius.
Jika tidak segera diatasi, stunting dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, menurunkan kualitas sumber daya manusia, dan memperburuk ketimpangan sosial di suatu negara.
Oleh karena itu, tindakan pencegahan stunting harus menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan memajukan negara.
Investasi dalam gizi yang baik, layanan kesehatan, dan edukasi adalah kunci untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR