Nakita.id - Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan yang lambat akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan yang jauh di bawah rata-rata anak seusianya.
Meski tidak semua anak pendek dikategorikan stunting, anak yang mengalami stunting sudah pasti memiliki tinggi badan yang pendek atau lebih rendah dari standar usia mereka.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai alasan mengapa anak stunting pasti memiliki tubuh pendek, mengutip dari WebMD.
Pertumbuhan optimal anak sangat bergantung pada asupan nutrisi yang cukup, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun).
Jika dalam periode ini anak kekurangan zat gizi seperti protein, vitamin, dan mineral, perkembangan tulang dan jaringan tubuh terganggu, sehingga anak tidak mencapai tinggi badan yang seharusnya.
Nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan tulang meliputi:
Protein: Untuk perkembangan otot dan jaringan.
Kalsium & Fosfor: Untuk kekuatan dan pertumbuhan tulang.
Vitamin D: Membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang.
Jika kekurangan nutrisi ini terus terjadi, tubuh anak tidak bisa mencapai tinggi optimal, sehingga menyebabkan tubuhnya pendek.
Baca Juga: Mengapa Stunting Bisa Menurunkan Kesehatan Anak? ini Penjelasannya
Stunting secara langsung mempengaruhi proses pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan tinggi badan sangat bergantung pada perkembangan tulang panjang di tubuh, seperti tulang kaki dan tulang belakang.
Kekurangan nutrisi esensial, terutama kalsium dan vitamin D, menghambat pembentukan dan pemanjangan tulang.
Hal ini mengakibatkan anak stunting tidak dapat tumbuh setinggi anak yang mendapatkan nutrisi cukup.
Kondisi stunting juga mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan (Growth Hormone) dalam tubuh anak.
Hormon pertumbuhan berperan besar dalam proses perkembangan tulang dan tinggi badan.
Ketika anak kekurangan gizi, produksi hormon ini bisa terhambat.
Akibatnya, pertumbuhan fisik, termasuk tinggi badan, tidak berjalan maksimal.
Selain kekurangan gizi, faktor sosial dan lingkungan seperti kemiskinan, sanitasi yang buruk, serta akses terbatas ke layanan kesehatan juga berkontribusi pada stunting.
Anak yang hidup di lingkungan dengan sanitasi buruk sering kali terkena infeksi berulang yang menyebabkan penyerapan nutrisi terganggu, sehingga mempengaruhi pertumbuhannya.
Infeksi berulang juga memperburuk kondisi tubuh, yang menyebabkan gangguan pada pertumbuhan fisik, termasuk tinggi badan.
Baca Juga: Apakah Benar Anak Stunting Berpengaruh pada Pola Makan? Ini Faktanya
Salah satu alasan mengapa stunting selalu dikaitkan dengan tubuh pendek adalah karena kerusakan yang terjadi akibat stunting pada fase awal kehidupan sering kali bersifat permanen.
Meski intervensi gizi bisa dilakukan setelah anak berusia 2 tahun, dampak stunting pada pertumbuhan tinggi badan sulit diperbaiki.
Itulah sebabnya, anak yang mengalami stunting tetap lebih pendek dibandingkan teman-teman sebayanya, meski telah mendapatkan nutrisi yang lebih baik di kemudian hari.
Stunting bukan hanya sekadar masalah anak yang pendek, melainkan indikator gangguan perkembangan fisik dan mental akibat kekurangan nutrisi kronis.
Meskipun tidak semua anak pendek mengalami stunting, anak yang mengalami stunting pasti pendek karena pertumbuhan tulangnya terganggu secara signifikan sejak masa awal kehidupan.
Pencegahan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan dan 1.000 hari pertama kehidupan anak, dengan memastikan asupan gizi yang cukup, lingkungan yang bersih, dan layanan kesehatan yang memadai.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR