Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasakan.
Dalam situasi konflik, sering kali ibu dan anak terlalu fokus pada sudut pandang mereka sendiri sehingga lupa untuk mencoba memahami sudut pandang lawan bicara.
Untuk mengatasi konflik, penting bagi ibu dan anak untuk saling berempati.
Seorang ibu mungkin bisa mencoba melihat dari perspektif anaknya yang sedang menghadapi tekanan dari sekolah atau pekerjaan, sementara anak bisa mencoba memahami kekhawatiran dan kecemasan ibu yang mungkin berasal dari rasa sayang.
Dengan pendekatan empati, keduanya dapat merasa lebih dimengerti dan dihargai, sehingga konflik dapat mereda.
5. Mengatur Ekspektasi yang Realistis
Konflik antara ibu dan anak juga sering muncul dari ekspektasi yang tidak realistis.
Ibu mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anaknya, baik dalam hal akademik, karier, maupun perilaku, sementara anak merasa tertekan atau bahkan tidak mampu memenuhi harapan tersebut.
Penting bagi ibu untuk menyadari bahwa setiap anak memiliki bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda. Memaksa anak untuk mengikuti jalur yang tidak sesuai dengan potensinya hanya akan menyebabkan frustasi dan konflik.
Di sisi lain, anak juga perlu berkomunikasi secara jelas mengenai batas kemampuan dan keinginannya agar ibu bisa menyesuaikan ekspektasi.
Dengan mengatur ekspektasi yang lebih realistis dan berbasis pada kenyataan, konflik bisa diminimalisir, dan anak akan merasa lebih dihargai dan didukung.
Baca Juga: Kondisi Lolly Sudah Lebih Baik, Nikita Mirzani Ingin Sang Putri Bercerita di Pengadilan
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR