Nakita.id - Hindari berbagai kesalahan dalam menghadapi konflik dengan pasangan karena bisa membuat hubungan tambah buruk.
Setiap hubungan, baik itu pernikahan atau hubungan pacaran, pasti akan mengalami konflik dari waktu ke waktu.
Ini adalah hal yang normal, mengingat setiap individu memiliki perbedaan dalam pandangan, nilai, dan harapan.
Namun, masalah akan muncul ketika konflik yang terjadi justru memperburuk situasi, membuat hubungan semakin tegang dan merusak keharmonisan.
Menangani konflik dengan cara yang salah bisa membuat masalah kecil menjadi besar, bahkan bisa menimbulkan rasa sakit hati yang mendalam.
Untuk mencegah situasi seperti ini, sangat penting untuk mengetahui cara menghadapi konflik dengan pasangan agar tidak memperparah keadaan dan dapat menyelesaikannya dengan sehat dan bijaksana.
Melansir dari berbagia sumber, berikut ini adalah cara menghadapi konflik dengan pasangan yang salah.
Ketika sedang berada dalam puncak emosi, sangat mudah untuk mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya diucapkan.
Kata-kata yang dilontarkan dalam kemarahan sering kali dapat melukai perasaan pasangan, bahkan merusak kepercayaan dan kasih sayang dalam hubungan.
Oleh karena itu, penting untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum memulai percakapan yang serius tentang konflik.
Jika Moms merasa emosi sedang memuncak, mintalah waktu untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan diskusi.
Baca Juga: Apa Itu Selingkuh Secara Emosional? Kenali Tandanya pada Pasangan
Mengambil jeda sejenak untuk berpikir secara jernih bisa membantu mengurangi ketegangan dan memastikan bahwa komunikasi yang terjadi lebih produktif.
Salah satu kesalahan umum yang terjadi dalam konflik adalah kecenderungan untuk saling menyalahkan.
Menuding pasangan sebagai penyebab masalah tidak akan menyelesaikan apapun, malah justru bisa membuat mereka merasa tersudut dan memperparah konflik.
Sebaliknya, fokuslah pada inti permasalahan. Gunakan kata-kata yang menggambarkan perasaan Moms tanpa harus menyalahkan.
Misalnya, daripada mengatakan "Kamu selalu tidak peduli!", Moms bisa mengatakan, "Aku merasa diabaikan ketika kita jarang menghabiskan waktu bersama."
Cara ini lebih efektif dalam menyampaikan keluhan Moms tanpa menimbulkan perasaan defensif dari pasangan.
Komunikasi yang baik dalam menyelesaikan konflik bukan hanya tentang bagaimana kita berbicara, tetapi juga bagaimana kita mendengarkan.
Mendengarkan dengan empati adalah keterampilan penting yang dapat membantu menenangkan konflik.
Cobalah untuk benar-benar mendengarkan perasaan dan sudut pandang pasangan tanpa menginterupsi atau langsung membantah.
Tunjukkan bahwa Moms menghargai apa yang mereka katakan, meskipun mungkin Moms tidak setuju.
Dengan demikian, pasangan akan merasa didengarkan dan dihargai, yang dapat mengurangi ketegangan dan membuka jalan menuju solusi yang lebih baik.
Baca Juga: 10 Tips Promil yang Aman dan Ampuh untuk Pasangan Tanpa Biaya Besar
Kalimat seperti "Kamu selalu seperti ini" atau "Kamu tidak pernah peduli" sering kali muncul dalam argumen yang emosional.
Kalimat-kalimat ini tidak hanya memperburuk situasi, tetapi juga tidak akurat. Dalam kenyataannya, jarang sekali seseorang selalu atau tidak pernah melakukan sesuatu.
Menggunakan kata-kata absolut bisa membuat pasangan merasa tidak adil diperlakukan dan menutup diri dari diskusi.
Sebagai gantinya, fokuslah pada kejadian spesifik yang sedang dibahas dan hindari generalisasi yang tidak diperlukan.
Konflik sering kali membuat kita terjebak dalam pola pikir "siapa yang benar dan siapa yang salah."
Namun, dalam hubungan yang sehat, bukan tentang mencari siapa yang menang, melainkan bagaimana menemukan solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak.
Daripada berfokus pada pembenaran diri sendiri, cobalah untuk berkolaborasi dengan pasangan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
Dengarkan kebutuhan dan keinginan masing-masing, dan coba temukan jalan tengah yang bisa diterima bersama.
Dengan pendekatan ini, konflik bisa diubah menjadi kesempatan untuk tumbuh dan memperkuat hubungan.
Ketika konflik baru muncul, sering kali kita tergoda untuk mengungkit masalah-masalah lama yang sudah berlalu.
Hal ini biasanya terjadi ketika kita merasa frustrasi atau tidak sepenuhnya puas dengan penyelesaian masalah di masa lalu.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Kebiasaan Marah Tanpa Sebab pada Pasangan
Namun, mengungkit masa lalu hanya akan menambah bahan bakar pada api konflik dan memperburuk situasi.
Jika ada masalah lama yang belum terselesaikan, lebih baik membahasnya pada waktu yang berbeda, di luar konteks konflik saat ini.
Fokuslah pada penyelesaian masalah yang ada di depan mata terlebih dahulu, sebelum menumpuk masalah baru.
Selain kata-kata, bahasa tubuh juga memainkan peran penting dalam komunikasi saat konflik.
Sering kali, tanpa disadari, sikap tubuh seperti melipat tangan, mengernyitkan wajah, atau menghindari kontak mata dapat mengirimkan pesan negatif kepada pasangan.
Hal ini dapat membuat pasangan merasa diabaikan atau tidak dihargai, meskipun kita tidak berniat demikian.
Cobalah untuk tetap menjaga bahasa tubuh yang terbuka dan ramah. Berdirilah dengan sikap tubuh yang rileks, tatap mata pasangan dengan penuh perhatian, dan tunjukkan bahwa Moms benar-benar peduli dengan apa yang sedang mereka sampaikan.
Tidak ada hubungan yang sempurna, begitu pula dengan pasangan kita. Setiap individu memiliki kekurangan dan kesalahan, dan penting untuk menyadari bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari dinamika hubungan.
Ketika menghadapi konflik, terimalah bahwa tidak semuanya bisa sesuai dengan keinginan kita. Sebuah hubungan yang baik adalah tentang kompromi dan saling memahami.
Terkadang, menerima kekurangan pasangan dan belajar untuk hidup dengan perbedaan adalah solusi terbaik.
Jika konflik dalam hubungan semakin sering terjadi dan sulit diselesaikan, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan bantuan profesional.
Baca Juga: Rencana Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid Setelah Menikah
Konseling pasangan dapat membantu membuka komunikasi yang lebih sehat dan memberikan panduan dalam menyelesaikan masalah yang lebih mendalam.
Seorang konselor atau terapis dapat membantu Moms dan pasangan menemukan cara-cara baru untuk berkomunikasi, serta memberikan perspektif yang lebih objektif dalam menangani konflik yang terus berulang.
Mengambil langkah ini bukan berarti hubungan Moms gagal, melainkan menunjukkan komitmen untuk memperbaiki dan mempertahankan hubungan dengan cara yang sehat.
Menghadapi konflik dengan pasangan adalah bagian yang tak terhindarkan dalam sebuah hubungan.
Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi dan menyelesaikan konflik tersebut.
Dengan cara yang tepat, konflik justru bisa menjadi kesempatan untuk memperkuat hubungan, bukan memperburuknya.
Jaga komunikasi yang terbuka, hindari kata-kata yang menyakiti, dan berfokus pada solusi bersama. Dengan begitu, hubungan Moms akan menjadi lebih sehat dan harmonis.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR