Nakita.id - Orangtua membagi pekerjaan rumah pada anak kerap kali menjadi pemicu konflik apabila tidak dilakukan secara bijak.
Membagi pekerjaan rumah tangga di antara anggota keluarga, termasuk anak-anak, adalah salah satu cara yang efektif untuk mengajarkan tanggung jawab dan kemandirian.
Namun, dalam praktiknya, tidak jarang pekerjaan rumah lebih sering dibebankan pada si sulung.
Padahal, anak-anak dari berbagai usia dapat diberikan tugas rumah yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Dengan membagi pekerjaan secara adil, setiap anak dapat belajar saling bekerja sama, dan tentunya mengurangi beban orang tua.
Mengajak anak-anak terlibat dalam pekerjaan rumah bukan hanya membantu meringankan tugas orang tua, tetapi juga memiliki manfaat besar bagi perkembangan mereka. Berikut beberapa alasan mengapa pembagian pekerjaan rumah itu penting:
- Mengajarkan Tanggung Jawab
Anak-anak yang diberi tugas rumah akan belajar untuk bertanggung jawab atas tugas tersebut dan memahami bahwa setiap anggota keluarga harus berperan serta dalam menjaga kebersihan dan keteraturan rumah.
- Membangun Kemandirian
Melakukan pekerjaan rumah sendiri mengajarkan anak bagaimana mengurus diri dan lingkungannya. Hal ini akan mempersiapkan mereka untuk masa depan, ketika mereka harus hidup mandiri.
- Meningkatkan Kerjasama
Baca Juga: Tips Agar Suami Mau Bantu Pekerjaan Rumah Tangga, Coba Ini Moms
Membagi pekerjaan rumah mengajarkan anak pentingnya kerjasama dalam tim, baik di rumah maupun di lingkungan sosial lainnya. Mereka akan belajar bahwa dengan bekerja bersama, pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan lebih mudah.
- Mengurangi Ketidakadilan dalam Keluarga
Jika hanya satu anak, biasanya si sulung, yang dibebani pekerjaan rumah, ini bisa menimbulkan rasa tidak adil dan ketegangan dalam hubungan antar saudara. Semua anak harus memahami bahwa mereka memiliki peran yang sama pentingnya dalam rumah tangga.
Anak-anak dari berbagai usia bisa melakukan pekerjaan rumah yang berbeda, sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangan mereka.
Tugas-tugas sederhana bisa diberikan kepada anak yang lebih muda, sementara tugas yang lebih kompleks bisa diserahkan kepada anak yang lebih besar.
- Anak usia 3-5 tahun: Anak-anak pada usia ini bisa diberi tugas yang sederhana, seperti menaruh mainan mereka di tempatnya, membuang sampah kecil, atau membantu menyiapkan meja makan.
- Anak usia 6-9 tahun: Pada usia ini, anak-anak bisa membantu mencuci piring, menyapu lantai, merapikan tempat tidur, atau membantu menyiapkan sarapan.
- Anak usia 10 tahun ke atas: Anak-anak yang lebih besar bisa diberi tanggung jawab yang lebih besar, seperti mencuci pakaian, memasak makanan sederhana, atau menjaga adik mereka.
Sering kali si sulung menjadi "korban" utama ketika orang tua membagikan pekerjaan rumah.
Hal ini terjadi karena orang tua menganggap bahwa anak tertua lebih mampu dan bisa diandalkan.
Namun, penting bagi orang tua untuk tidak hanya mengandalkan si sulung dan melibatkan semua anak dalam pekerjaan rumah tangga. Berikut beberapa tips agar pembagian pekerjaan rumah lebih adil:
Baca Juga: Menghadapi Suami yang Tidak Peduli dengan Pekerjaan Rumah di Hari Raya
- Jangan bias pada usia: Meski si sulung mungkin lebih mampu melakukan pekerjaan tertentu, bukan berarti semua pekerjaan harus ditanggung olehnya. Tugas yang lebih sederhana bisa diberikan pada anak yang lebih muda.
- Buat sistem giliran: Agar tidak ada anak yang merasa terbebani, buatlah jadwal rotasi untuk pekerjaan rumah. Misalnya, jika minggu ini si sulung mencuci piring, minggu depan adiknya bisa mengambil alih tugas tersebut.
- Hargai setiap kontribusi: Orang tua harus memberikan apresiasi yang sama kepada setiap anak yang telah menyelesaikan tugasnya, terlepas dari besar atau kecilnya tugas tersebut.
Agar anak-anak memahami tugas dan tanggung jawab mereka, penting bagi orang tua untuk membuat aturan yang jelas tentang pekerjaan rumah.
Hal ini akan membantu anak-anak mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, kapan tugas tersebut harus dilakukan, dan bagaimana mereka harus menyelesaikannya.
- Tentukan tugas dengan spesifik: Jangan memberikan instruksi yang ambigu seperti “bereskan rumah”. Sebaiknya, beri tugas yang jelas seperti “menyapu ruang tamu” atau “mengelap meja makan”. Anak-anak akan lebih mudah memahami tugas yang spesifik.
- Buat jadwal harian atau mingguan: Jadwal rutin dapat membantu anak-anak memahami kapan mereka harus menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Misalnya, membuat jadwal bahwa mereka harus membersihkan kamar setiap hari Minggu atau mencuci piring setiap selesai makan malam.
- Konsisten dalam penerapan aturan: Konsistensi adalah kunci. Jika orang tua tidak konsisten dalam meminta anak menyelesaikan tugasnya, anak mungkin akan menganggap bahwa pekerjaan rumah bisa diabaikan atau dikerjakan kapan saja.
Membagi pekerjaan rumah bukan hanya soal adilnya pembagian tugas, tetapi juga mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kerjasama dan empati.
Mereka harus memahami bahwa setiap orang di dalam rumah memiliki tanggung jawab yang sama, dan saling membantu adalah hal yang penting.
- Bekerja bersama-sama: Sesekali, ajak seluruh anggota keluarga bekerja bersama. Misalnya, saat membersihkan rumah pada akhir pekan, orang tua bisa membagi tugas secara bersamaan sehingga anak-anak bisa merasakan bagaimana bekerja dalam tim.
- Bangun komunikasi yang positif: Jika ada salah satu anak yang merasa keberatan dengan tugasnya, buka ruang diskusi. Tanyakan apa yang menjadi masalah dan cari solusi bersama. Jangan biarkan anak merasa terpaksa dalam menjalankan tugasnya.
Meskipun tidak perlu memberikan hadiah setiap kali anak menyelesaikan pekerjaan rumah, penting untuk mengapresiasi usaha mereka. Penghargaan ini bisa berupa pujian atau waktu luang ekstra setelah menyelesaikan tugas.
Membagi pekerjaan rumah secara adil di antara anak-anak adalah cara efektif untuk mengajarkan tanggung jawab, kerjasama, dan kemandirian.
Hindari membebankan semua tugas hanya pada si sulung, dan libatkan semua anak sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
Dengan membuat aturan yang jelas, menghargai setiap kontribusi, serta mengajarkan pentingnya kerjasama, orang tua dapat menciptakan lingkungan rumah yang lebih harmonis dan adil bagi semua anggota keluarga.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR