Alat ini memungkinkan bayi untuk tetap mendapatkan nutrisi tambahan (seperti susu formula) sembari menyusu di payudara.
Dengan alat ini, bayi tetap melakukan isapan yang membantu merangsang produksi ASI di payudara.
Konsultan laktasi atau dokter spesialis dapat memberikan bimbingan yang tepat tentang teknik menyusui atau perawatan yang mendukung proses relaktasi.
Jika diperlukan, mereka mungkin akan merekomendasikan suplemen atau terapi hormonal untuk membantu meningkatkan produksi ASI.
Proses relaktasi membutuhkan waktu yang berbeda untuk setiap ibu.
Dalam beberapa minggu, ibu mungkin sudah mulai merasakan peningkatan produksi ASI, namun bagi beberapa orang, bisa membutuhkan waktu beberapa bulan.
Kunci dari keberhasilan relaktasi adalah konsistensi dan kesabaran dalam melakukan stimulasi serta menerapkan metode yang disarankan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya relaktasi meliputi:
Lama waktu jeda menyusui: Semakin lama berhenti menyusui, biasanya semakin sulit mengembalikan produksi ASI.
Frekuensi dan konsistensi stimulasi payudara: Semakin sering payudara dirangsang, semakin besar peluang produksi ASI akan kembali.
Kondisi fisik dan kesehatan ibu: Jika ibu sehat dan nutrisi tercukupi, peluang keberhasilan relaktasi biasanya lebih tinggi.
Baca Juga: Daftar 7 Manfaat Mengonsumsi Kol untuk Ibu Menyusui Secara Rutin
Usia bayi: Bayi yang lebih muda biasanya lebih mudah menyesuaikan diri kembali menyusu dibandingkan bayi yang lebih besar.
Produksi ASI memang bisa kembali meski sudah berhenti beberapa bulan melalui proses relaktasi.
Dengan stimulasi rutin, pola makan bergizi, manajemen stres, dan bimbingan dari profesional kesehatan, ibu dapat meningkatkan peluang keberhasilan relaktasi.
Proses ini membutuhkan kesabaran, dan hasilnya bisa berbeda-beda pada setiap individu.
Tetap berfokus pada upaya ini akan memberikan manfaat besar bagi ibu dan bayi dalam jangka panjang.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR