Natrium yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah dan berisiko menyebabkan penyakit jantung.
Pilihlah produk dengan label rendah natrium atau tanpa tambahan garam untuk pilihan yang lebih sehat.
Beberapa jenis ikan, terutama ikan besar seperti tuna, berpotensi mengandung merkuri.
Merkuri dapat berdampak buruk pada sistem saraf, terutama pada ibu hamil dan anak-anak.
Untuk menghindari risiko ini, pastikan tidak mengonsumsi ikan kaleng dalam jumlah berlebihan, dan sesuaikan pilihan dengan jenis ikan yang aman dan rendah merkuri, seperti sarden atau salmon.
Beberapa kaleng makanan mengandung lapisan Bisphenol-A (BPA) untuk menjaga kualitas produk.
Namun, BPA memiliki potensi efek negatif terhadap kesehatan, termasuk risiko gangguan hormonal.
Beberapa produsen kini sudah mengurangi atau menghilangkan BPA dalam kemasan, jadi pilihlah produk dengan label “BPA-free”.
Beberapa produk ikan kaleng mengandung bahan pengawet dan aditif seperti minyak atau saus tomat untuk meningkatkan rasa.
Aditif ini mungkin meningkatkan kandungan lemak dan gula pada produk.
Sebaiknya pilih ikan kaleng yang hanya mengandung air atau minyak zaitun untuk mendapatkan manfaat gizi tanpa tambahan kalori.
Baca Juga: Ide Resep Ikan Sarden untuk Menu Makan Anak, Tinggi Protein Cegah Stunting
Ikan kaleng pada dasarnya adalah makanan sehat yang kaya akan protein, omega-3, kalsium, dan vitamin D, menjadikannya pilihan yang baik untuk kesehatan jantung, tulang, dan otak.
Meski demikian, perhatikan beberapa risiko seperti kandungan garam, merkuri, dan potensi BPA pada kemasan.
Dengan memilih produk berkualitas, membaca label nutrisi, dan mengonsumsinya dalam jumlah yang wajar, ikan kaleng bisa menjadi bagian yang sehat dari pola makan sehari-hari.
Dengan sedikit pengetahuan dan perhatian, Anda bisa menikmati ikan kaleng sebagai sumber protein yang praktis dan menyehatkan dalam berbagai hidangan.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR