Nakita.id - Stunting adalah kondisi yang menggambarkan kurangnya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak pada anak akibat kekurangan gizi yang berlangsung lama, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan (sejak kehamilan hingga usia dua tahun).
Meski dampak stunting umumnya lebih jelas pada usia balita, remaja SMA masih bisa berperan aktif dalam pencegahannya, baik untuk diri sendiri maupun bagi generasi mendatang.
Berikut adalah beberapa cara pencegahan stunting yang bisa dilakukan oleh anak SMA, mengutip dari berbagai sumber,
Remaja SMA perlu memperhatikan pola makan yang seimbang agar tubuh mendapatkan nutrisi penting, seperti protein, zat besi, kalsium, vitamin A, vitamin D, dan seng.
Nutrisi yang cukup dan beragam membantu pertumbuhan tulang, otot, dan perkembangan otak.
Nutrisi ini juga penting bagi remaja perempuan sebagai persiapan kesehatan saat memasuki usia subur.
Sumber Protein: Telur, ikan, daging ayam, tahu, dan tempe.
Sumber Zat Besi: Daging merah, bayam, dan kacang-kacangan.
Sumber Kalsium dan Vitamin D: Susu, keju, yogurt, dan paparan sinar matahari.
Anak SMA perlu menjaga berat badan ideal untuk mendukung kesehatan jangka panjang.
Berat badan yang ideal dapat dicapai dengan mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan cukup istirahat.
Baca Juga: Kapan Waktu Tepat untuk Mencegah Stunting pada Anak Agar Tak Terlanjur Berisiko?
Memiliki berat badan yang sesuai juga akan mempersiapkan remaja perempuan untuk kehamilan sehat di masa mendatang, yang penting untuk mencegah stunting pada calon anak.
Aktivitas fisik secara teratur, seperti berlari, berenang, atau senam, membantu memperkuat tulang dan meningkatkan massa otot.
Olahraga juga membantu tubuh dalam penyerapan nutrisi, meningkatkan imunitas, dan menjaga kesehatan jantung.
Bagi anak SMA, olahraga rutin bisa dilakukan setidaknya 30 menit sehari untuk menjaga kesehatan tubuh.
Pendidikan tentang kesehatan sejak remaja membantu mereka mempersiapkan masa depan.
Anak SMA perlu memahami pentingnya nutrisi dalam 1.000 hari pertama kehidupan sebagai langkah awal untuk mencegah stunting.
Pengetahuan ini berguna untuk mereka di masa depan ketika menjadi orang tua, karena pemahaman tentang gizi dan pola asuh yang baik akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak mereka kelak.
Memastikan kesehatan sejak remaja juga dapat mencegah risiko kekurangan gizi yang bisa mempengaruhi pertumbuhan.
Melakukan pemeriksaan rutin, seperti cek darah untuk melihat kadar hemoglobin atau pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, akan membantu remaja SMA memastikan tubuh mereka sehat dan berkembang optimal.
Pendidikan kesehatan reproduksi penting untuk dipahami remaja agar mereka bisa menghindari kehamilan dini yang berisiko tinggi melahirkan bayi stunting.
Kehamilan yang terlalu muda sering kali membuat ibu muda mengalami kekurangan nutrisi yang berdampak pada perkembangan janin.
Baca Juga: Siapa Sasaran Tepat untuk Pencegahan Stunting dan Apa yang Bisa Dilakukan?
Dengan memahami kesehatan reproduksi, remaja perempuan dapat menyiapkan tubuh mereka secara fisik dan mental untuk kehamilan yang sehat di usia dewasa.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler atau klub kesehatan, anak SMA bisa aktif dalam kampanye pencegahan stunting.
Misalnya, mengadakan seminar kesehatan atau mengundang pakar gizi untuk memberikan edukasi.
Dengan terlibat aktif dalam kampanye, anak SMA bisa menyebarkan informasi penting ini kepada teman-teman sebayanya dan masyarakat di lingkungan sekitar.
Remaja juga perlu menjauhi kebiasaan buruk yang bisa menghambat pertumbuhan dan kesehatan, seperti merokok atau mengonsumsi alkohol.
Zat berbahaya dalam rokok dan alkohol dapat mengganggu metabolisme dan penyerapan nutrisi, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan dan daya tahan tubuh.
Pencegahan stunting pada anak SMA dimulai dengan menjaga kesehatan diri dan meningkatkan pemahaman tentang gizi, kesehatan reproduksi, dan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan.
Dengan memiliki kesadaran yang baik, generasi muda bisa berperan aktif dalam menekan angka stunting di masa mendatang serta menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR